​Bangun 1.000 Gereja, Pendeta Alex Justru Tersingkir oleh Anaknya dari Gereja Bethany

​Bangun 1.000 Gereja, Pendeta Alex Justru Tersingkir oleh Anaknya dari Gereja Bethany Dahlan Iskan. Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Tulisan Dahlan Iskan ini viral. Dimuat Disway dan Harian Disway serta sejumlah media online dan media cetak di Jawa dan luar Jawa. Pada 16 Agustus 2020.

Apa sih isinya? Wartawan kondang itu menceritakan tentang kehebatan Pendeta Abraham Alex Tanuseputra. Pendiri Bethany di Surabaya. Yang asetnya triliunan. 

Bukan hanya itu. Pendeta Alex bahkan berobsesi bangun 1.000 gereja.

“Dan tercapai,” tulis mantan menteri BUMN itu.

Namun tragis. Pada masa tuanya Pendeta Alex – terutama menjelang meninggal - justru menderita.

Loh, kenapa? Di bawah ini BANGSAONLINE.com memuat lengkap tulisan Dahlan Iskan yang dibaca ratusan ribu bahkan jutaan pembaca itu:

SAYA punya buku yang bagi saya sangat berharga: tentang perjalanan hidup dan penginjilan Pendeta Abraham Alex Tanuseputra. Yang meninggal dunia pekan lalu itu.

Termasuk bagaimana sejarah dibangunnya gereja terbesar pertama di Indonesia. Yang berkapasitas 20.000 jemaat. Yang arsitektur luar dalamnya sangat baru bagi dunia gereja di Indonesia saat itu. Yang terletak di Nginden Surabaya.

Pendeta Alex-lah yang memiliki ide itu dan berjuang mewujudkannya. Sampai ke penggalangan dananya. Termasuk bagaimana mengatasi demo dan penentangan dari lingkungannya.

Sampai-sampai gedung itu awalnya tidak diberi nama gereja tapi disebut graha: Graha Bethany.

Megah sekali.

Kelak saya akan menulis lebih jelas tentang perjalanan ide gereja itu. Juga mimpi-mimpi besar Pendeta Alex lainnya. Termasuk bagaimana beliau mimpi mewujudkan 1.000 gereja Bethany di Indonesia. Dan tercapai.

Keinginan Pendeta Alex selalu tercapai. Sampai-sampai beliau mendapat julukan sebagai orang yang memiliki visi yang selalu besar.

Setelah ide besar Graha Nginden terwujud ada lagi mimpi besar Pendeta Alex: membangun gereja tertinggi di Indonesia. Bahkan di dunia.

Kesempatan itu datang ketika krisis moneter terjadi di tahun 1998. Yang diikuti kesulitan ekonomi di tahun-tahun berikutnya. Banyak sekali properti yang dijual. Termasuk lahan strategis di bekas bandara Kemayoran, Jakarta.

Pendeta Alex pun mengambil alih tanah di situ. Akan dibangunnya sebuah gedung setinggi 500 meter. Tertinggi di Indonesia. Gedung itu diberi nama ‘Menara Doa’. Yang secara umum akan disebut ‘Menara Jakarta’.

Tapi Pak Alex tidak lagi sekuat ketika menggagas Graha Bethany. Pak Alex tidak lagi menjadi masinis di lokomotif besar bernama Bethany. Posisinya di gereja Bethany semakin lemah. Itu yang membuat pembangunan ‘Menara Doa’ tidak lancar.

Akhirnya Pak Alex kehilangan daya. Jangankan meneruskan ‘Menara Doa’. Beliau pun tersingkir dari gerejanya sendiri: Bethany.

Proyek ‘Menara Doa’ akhirnya diambil alih kembali oleh para investor. Hak Pak Alex tetap diakui di situ. Tapi tidak lagi 100 persen.

Kelak, kalau proyek itu selesai, Pak Alex akan mendapat hak sekitar 3.000 m2. Mungkin tidak lama lagi. Kelihatannya tahun 2022 sudah akan selesai. Tentu dengan konsep yang sama sekali berubah dari yang diinginkan Pak Alex.

Bagian Pak Alex yang sekitar 3.000 m2 itu akan tetap dijadikan gereja. Karena itu belakangan Pak Alex ‘pusing’ bagaimana harus mencari uang untuk membiayai interior di gedung baru itu nanti.

Memang Pak Alex belakangan mendirikan ‘Ministry sendiri di Jakarta. Tapi itu bukan gereja. Ministry itu untuk melayani permintaan-permintaan dari jemaat gereja mana pun.

Beliau meninggal ketika masih belum menemukan jalan keluar dari mana mendapat biaya untuk interior itu. Yang tentu mahal sekali. Pak Alex menginginkan interior yang sangat khusus. Yang lebih modern dari interior di Graha Bethany Nginden.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO