Produksi Mobil Listrik, Toyota dan VW Bakal Nyalip, Bagaimana Perusahaan Baterai Indonesia

Produksi Mobil Listrik, Toyota dan VW Bakal Nyalip, Bagaimana Perusahaan Baterai Indonesia Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tulisan Dahlan Iskan tentang perkembangan sangat inspiratif dan merangsang kreativitas kita. Ternyata teknologi yang jadi andalan utama energi sudah demikian jauh lompatannya.

Penasaran? Silakan simak tulisan wartawan kondang itu di DISWAY dan BANGSAONLINE.com hari ini, Minggu 6 Juni 2021.Selamat membaca:

ANDA pernah memegang lithium? Saya pernah. Di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Di tempat pembuatannya. Yang mesinnya bantuan Pertamina. Yang pimpinan proyek itu bernama Dr Ir Agus Purwanto. Kini sudah profesor.

Yang sering kita pegang sekarang adalah primer. Seperti yang dipakai untuk remote control TV atau AC. Atau dipakai untuk alat-alat rumah tangga. Itu disebut primer karena hanya sekali pakai. Habis manis sepahnya harus dibuang. Tidak bisa diisi ulang.

Baterai lithium ion lain lagi. Yang dipakai itu. Ia disebut sekunder. Bisa diisi ulang.

Bentuknya sama: silinder. Hanya ukuran silindernya yang agak besar. Sebesar jari orang Norwegia yang bibit unggul.

Bisa juga dibentuk tidak silinder. Seperti untuk HP Anda.

Kalau Anda memegang sekunder yang silinder rasanya sama saja dengan memegang primer. Yang Anda pegang itu adalah selongsongnya.

Isinya yang berbeda.

Di lithium-ion, di dalam selongsong itu ada tiga lembaran material yang digulung. Lembaran pertama adalah katoda. Lembaran ketiga adalah anoda. Di tengahnya ada lembaran kedua: isolasi. Sebagai pemisah. Agar antara katoda dan anoda tidak ''konflik''.

Membuat lembaran katoda itulah yang sulit. Lebih lima jenis ramuan dicampur jadi satu. Dalam bentuk pasta. Ada nikel, ada lithium, ada cairan elektrolit. Saya tidak hafal semuanya. Setiap diberi tahu selalu cepat lupa.

Pasta katoda itu dioleskan ke aluminium foil. Jadilah lembaran katoda.

Lembaran anoda juga mirip itu. Dengan susunan material yang berbeda.

Setelah tiga lembaran itu digulung barulah dimasukkan ke dalam selongsong. Lalu ditutup atas bawahnya. Boleh juga disebut kanan kirinya. Jadilah pantat dan kepala. Logam pantat dihubungkan dengan anoda. Logam kepala dihubungkan dengan katoda.

Kedua kutub itu lantas diberi tanda plus (+) dan minus (-).

Sebelum dimasukkan ke selongsong lembaran-lembaran tadi harus dipanaskan. Agar kering. Agar tidak mengandung kadar air sedikit pun.

Ketika lithium tersebut diaktifkan (disetrum), muncullah ion dan elektron dari anoda. Elektron yang dihasilkan itu pindah dari anoda ke katoda. Lalu disimpan di katoda. Hanya material-material tertentulah yang bisa membuat ion dan elektron. Juga, hanya material-material tertentu yang membuat elektron itu bisa dipindahkan dari anoda ke katoda. Tugas ion adalah sebagai pengantarnya.

Setelah semua elektron dari anoda pindah ke lembaran katoda itu disebut sudah penuh. Ketika itu dipakai, elektron di katoda tersebut pindah lagi ke anoda. Sampai habis. Baterai pun disebut kosong. Harus diisi lagi.

Perlombaan yang terjadi adalah: katoda bikinan mana yang bisa menyimpan elektron terbanyak. Tentu kalau katodanya dibuat besar sekali, isinya akan banyak sekali. Tapi itu akan membuat tersebut berat. Mobil yang baik jangan sampai beratnya melebihi yang ada sekarang. Justru kalau bisa lebih ringan lagi.

Salah satu kuncinya ada di lithium tadi.

Perlombaan sudah berlangsung begitu lama. Kemampuan lithium terus meningkat. Tapi lima tahun terakhir seperti mentok: tidak bisa lagi naik banyak. Sehebat lithium Tesla tetap hanya cukup dipakai untuk 500 Km. Isi ulangnya pun masih berjam-jam.

Memang untuk pemakaian di dalam kota sama sekali tidak masalah. Sekali isi ulang bisa untuk keperluan satu minggu. Masalah lain: isi ulang. Waktu untuk isi ulang berjam-jam. Untuk keperluan di dalam kota sih tidak masalah: toh di waktu malam saya harus tidur. Menjelang tidur diisi ulang. Jam berangkat kerja sudah penuh lagi.

Tapi saya tidak berani ke Jakarta (dari Surabaya) memakai Tesla.

PLN memang sudah menyiapkan charging station di beberapa rest area jalan tol. Tapi saya belum bertanya: apakah charging itu cocok dengan tipe colokan Tesla.

Klik Berita Selanjutnya

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO