Populer di Kalangan Tionghoa, Koh Ou Yen, Ketua Rumah Kematian Adi Jasa Surabaya Meninggal

Populer di Kalangan Tionghoa, Koh Ou Yen, Ketua Rumah Kematian Adi Jasa Surabaya Meninggal Liem Ou Yen atau Koh Ou Yen semasa hidup bersama keluarganya. foto: disway

Berarti kini ada tiga bangunan di Adi Jasa. Tiga bangunan itu bentuknya sama: bundar. Seperti rumah tenda bangsa Mongolia. Semua kamarnya dibuat menghadap ke luar. Kamar esnya di tengah, di pusat bangunan bundar kerangka baja itu.

Bentuk bundar tersebut bukan saja unik, tapi juga solusi. Itu merupakan jalan keluar yang jitu. Agar adil. Agar tidak konflik. Semua kamar punya posisi yang sama: di depan. Semua kamar menjadi terhormat. Tidak akan ada jenazah yang merasa dinomorduakan. Atau merasa ditaruh di belakang.

Antar kamar itu juga hanya diberi penyekat geser. Ketika ada yang memerlukan dua kamar –karena kaya dan pelayatnya banyak– tinggal geser sekatnya.

Saya sering melayat ke Adi Jasa. Suatu kali saya lihat ada mayat yang menggunakan sampai 6 kamar. Yang meninggal itu pasti pengusaha besar. Keluarganya besar. Relasinya luas.

Belakangan Adi Jasa mampu pula ekspansi ke bidang pendidikan. Adi Jasa mengakuisisi satu lembaga pendidikan tiga bahasa di Surabaya: Indonesia, Inggris, Mandarin. Namanya: Little Sun School (小太阳三语学校). Di bawah Yayasan Cahaya Hati Ibu. Kini sekolah itu sudah berkembang ke tingkat SMP.

Semua itu diurus Koh Ou Yen. Bersama Chandra dan Anis Rungkat. Dua nama terakhir itu aktivis dan pengurus Barongsai yang andal. Kamis pekan lalu Djono Antowiyono –nama Koh Ou Yen di KTP– menjalani tes Covid: positif. Istrinya juga positif. Anaknya, Harry Santoso negatif. Demikian juga istri Harry dan anak mereka. Mereka memang tinggal satu rumah.

Tiga-empat hari sebelumnya, pembantu di rumah itu sakit. Dibawa ke dokter. Sakit biasa. Diberi obat. Tapi si pembantu minta pulang. Diizinkan.

Pembantu satunya juga tidak enak badan. Juga minta pulang.

Dua hari kemudian mereka memberi kabar ke istri Harry: penciumannya hilang. Pembantu satunya juga memberi kabar yang sama.

Maka Harry pun minta tes Covid sekeluarga itu.

Mereka memutuskan isolasi mandiri. Rumah-rumah sakit kan lagi penuh. Tiga hari kemudian Koh Ou Yen merasa sesak napas. Saturasi oksigennya tinggal 84. Mereka memang punya alat ukur saturasi di rumah. Koh Ou Yen minta masuk rumah sakit. Diusahakanlah kamar di RS Adi Husaha –yang dulu bernama Zhong Hua Yi Yuan (中华医院). Istri Ou Yen dan Harry mengantar –kemudian pulang, isolasi di rumah. Saturasi oksigen mereka masih bagus. Sang istri masih 96.

Dari kamarnya di rumah sakit itu, Koh Ou Yen terus berkomunikasi dengan Harry. Lewat WA. Dua hari di rumah sakit napasnya tetap sesak.

Kamis malam, Koh Ou Yen masih WA ke Harry. Gigi palsunya ketinggalan di rumah. Agar gigi palsu itu diantar ke rumah sakit.

Keesokan harinya, pukul 08.00 masih kirim WA lagi. Tapi sudah tidak bisa diketahui apa maksudnya. Kalimatnya tidak jelas. Harry kesulitan membaca pesan itu. (Lihat di foto).

Harry pun mengusahakan ICU. Tidak mudah. Tapi Koh Ou Yen dapat bantuan: bisa pindah ke ICU pukul 12.00.

Jam 11.00 Koh Ou Yen meninggal dunia.

Umurnya 76 tahun. Sebentar lagi berulang tahun: 31 Juli depan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO