​Sama Pernah Terjajah, Afghanistan Senasib dengan Indonesia Saat Merdeka

​Sama Pernah Terjajah, Afghanistan Senasib dengan Indonesia Saat Merdeka Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA saat jadi pembicara dalam Webinar bertajuk: Taliban: Fundamentalisme vs Moderatisme yang digelar Pesantren Salafiyah Seblak Jombang Jawa Timur tadi malam, Rabu (1/9/2021). foto: mma/ bangsaonline.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Di tengah sorotan negatif terhadap Taliban yang kini menguasai Afghanistan ternyata ada pandangan menarik dan positif dari Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu menegaskan bahwa nasib Afghanistan sama dengan nasib Indonesia saat melepaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang. 

Menurut , para pemimpin dan rakyat Afghanistan juga ingin merdeka dari penjajahan Amerika Serikat dan negara lain. Merdeka dalam arti sesungguhnya.

Karena itu mengajak kita berempati, iba, dan berdoa semoga Afghanistan menjadi negara yang benar-benar merdeka dan damai. Atau merdeka dalam arti sesungguhnya.

“Yang istiqlal haqqan istiqlal (merdeka secara hakiki), kata mereka,” kata Saifuddin Chalim dalam Webinar bertajuk: Taliban: Fundamentalisme vs Moderatisme yang digelar Pesantren Salafiyah Seblak Jombang Jawa Timur tadi malam, Rabu (1/9/2021).

Menurut , prinsip itu sama dengan prinsip yang dipegang oleh para pendiri Republik Indonesia saat memperjuangkan kemerdekaan. Yang saat itu mengatakan bahwa negara kita Laa gharbian wala syarqian, laa rusian walaa amerikan

“Tidak ke barat dan tidak ke timur, tidak ke Rusia dan tidak ke Amerika,” kata . Alias non blok.

Bagi , Afghanistan adalah negara senasib dan sepenanggungan dengan Indonesia. Karena selain sama-sama pernah terjajah juga paham keagamaan masyarakatnya juga sama.

“Jadi nasib Afghanistan sekarang ini sama dengan nasib Indonesia saat kemerdekaan dulu. Afghanistan sekarang ini baru lepas dari penjajahan Amerika. Mereka ingin merdeka dengan kemerdekaan yang sesungguhnya,” kata .

Menurut , masalah kemerdekaan itu adalah hak hakiki semua bangsa. 

“Kalau kita jujur hingga sekarang kita, Indonesia, justru belum merdeka sesungguhnya karena masih jadi rebutan kepentingan negara-negara asing. Karena itu kita harus menghargai sikap tegas pemimpin dan rakyat Afghanistan dalam melepaskan diri dari penjajah,” tambahnya.

justru mengapresiasi sikap politik Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik Taliban yang kini disebut-sebut sebagai kandidat kuat Presiden Afghanistan.

Menurut , saat berpidato di depan para pejabat dan pengusaha Saudi Arabia dalam pertemuan IATA, Baradar mengatakan bahwa Afghanistan akan bekerja sama dengan semua negara.

Baradar mempersilakan semua negara investasi di Afghanistan tapi pembagiannya harus adil. Menurut , sikap Baradar itu sangat bagus sebagai pemimpin. Karena melindungi nasib rakyat dan kepentingan bangsanya. Dan itulah makna kemerdekaan sesungguhnya.

lalu membandingkan dengan kasus di negara kita. Yaitu industri pengolahan bijih nikel di Morowali Sulteng dan Konawe Sultra yang hanya mendapat 10 persen. Sedang investor China yang membangun smelter mengeruk keuntungan 90 persen.

Begitu juga PT Preefort Indonesia. “Kita hanya mendapat 1 persen,” kata yang dalam Pilpres berkampanye hingga keluar negeri untuk memenangkan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

juga memuji Baradar yang secara tegas menolak impor ideologi dan paham agama dari negara lain. Menurut , Baradar mengatakan bahwa kami akan berhubungan erat dengan Saudi Arabi tapi tidak dengan paham Wahabinya.

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO