​Muktamar Lun-Alun Jombang Biang Kekacauan NU saat Ini

​Muktamar Lun-Alun Jombang Biang Kekacauan NU saat Ini Dr KH Malik Madani. Foto: ist

Dengan mengadakan muktamar di Lombok, kita akan lebih membesarkan di NTB, sehingga Aswaja tidak lagi identik dengan Nahdlatul Wathon (NW).

Kalau alternatif ketiga, Jombang yang dipilih maka tidak ada manfaat bagi . Muktamar di Jombang tak ubahnya bagaikan menabur garam di samudera. Tidak punya manfaat bagi pengembangan di sana. Bisa-bisa, kita malah kualat kalau kita melakukan hal-hal yang tidak baik dalam muktamar yang berarti hal itu dipertontonkan di kota di mana para muassis, yakni Hadlratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, Mbah Wahab Hasbullah dan Mbah Bisri Syansuri, dimakamkan. Dengan penuh percaya diri saya sampaikan argument-argumen di atas dan alhamdulillah banyak peserta rapat yg mendukungmya, termasuk Pj Rais Aam Syuriah PB.

Sayang, beliau tersinggung dengan ucapan salah seorg peserta rapat (mungkin maksud yang bersangkutan sekedar joke), sehingga beliau berucap: "Saya bisa menerima dan memahami argumen Katib Aam, tapi saya sangat tersinggung dengan ucapan si Fulan..dst, sehingga saya beralih mendukung Jombang".

Singkat cerita, berlangsunglah muktamar alun-alun yang penuh rekayasa dan keculasan dengan AHWA abal-abalnya. Terbentuklah dari Muktamar Alun-alun itu PB yang didominasi oleh figur-figur vested interest, sehingga tidak mengherankan bila pada hari ini mereka cakar-cakaran berebut kekuasaan di tampuk pimpinan PB.

Alhamdulillah, saya diselamatkan Allah, tidak ikut masuk dalam menikmati produk muktamar yang bermasalah itu. Bahkan saya tidak ridlo dengan produk itu. Mereka yang ridlo, pada hari-hari ini benar-benar merasakan konsekuensi keridloannya: sebuah PB yang porak-poranda dengan elite-elitnya yang "telanjang bulat" di pentas sejarah umat dan bangsa, nyaris tanpa rasa malu.

Mungkinkah ini yang disebut kualat yang sudah sejak lama saya khawatirkan jika Muktamar ke-33 dilangsungkan di Jombang? Wallaahu A'lam. Yang jelas, kaidah hukum Islam kita mengajarkan: ar-ridlaa bissyay-i ridlaa bimaa yatawalladu minhu (meridhoi Muktamar Lun-Alun berarti meridloi produknya yang berupa PB yang amburadul sungguh memalukan).

Semoga Allah SWT menyelamatkan dan Nahdliyyin dari bencana perpecahan para elitenya! Aamiin!

...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO