M. Noer, Gubernur Legendaris Jawa Timur

M. Noer, Gubernur Legendaris Jawa Timur Raden Panji Mohmmad Noer. Foto: Tempo

Pak Noer adalah Gubernur Jawa Timur pada masa bakti 1967 - 1976. Berarti ia menjabat gubernur Jawa Timur selama 9 tahun.

Nama lengkapnya adalah Raden Panji . Pak Noer meniti karier dari bawah sebagai pegawai magang di Kantor Kabupaten Sumenep, Asisten Wedana, Patih, Bupati Kabupaten Bangkalan, Residen, Pejabat Sementara Gubernur Jawa Timur, hingga menjadi Gubernur Jawa Timur.

Dilansir Tempo, Pak Noer selain menjabat gubernur Jawa Timur, juga pernah menjadi anggota MPR RI, dan Duta Besar RI di Prancis. Dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional, ia kerap memperkenalkan Indonesia melalui diplomasi kebudayaan.

Dikutip dari Wikipidea, Pak Noer dilahirkan di Kampung Beler, Desa Rong Tengah, sebuah desa kecil di pinggiran Kabupaten Sampang, Madura. Ia putra ke-7 dari keluarga bangsawan pasangan Raden Aria Condropratikto dan Raden Ayu Siti Nursiah

Pak Noer wafat pada usia 92 tahun. Ia wafat pada 16 April 2010 sekitar pukul 08.50 WIB di Ruang ICU, Rumah Sakit Darmo Surabaya.

Sebelum dimakamkan jenazahnya dishalatkan di tiga masjid. Yaitu Masjid Al Falah Surabaya, Masjid Agung Bangkalan, dan Masjid Agung Sampang. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Somor Kompah, Sampang Madura.

Pak Noer dikenal sebagai sosok kharismatik. Bahkan saat pensiun pun publik tetap hormat.

Salah satu kegemaran Pak Noer adalah berkunjung ke desa-desa. Ia sadar bahwa rakyatnya bukan hanya miskin tapi juga buta huruf. Karena itu perlu turun langsung ke desa-desa.

Menurut dia, dengan tahu realitas sosial yang sebenarnya, ia bisa memetakan dan memberikan solusi untuk menyelesaikannya.

Saat itu blusukan bukan pencitraan. Karena – sekali lagi – belum ada pemilihan langsung. Baik pemilihan presiden maupun kepala daerah. Pak Noer blusukan murni karena prihatin dan peduli pada rakyat miskin.

Salah satu karakter Pak Noer adalah disiplin soal waktu. Ketika saya awal jadi wartawan saya pernah mengajukan permohonan untuk wawancara. Saat itu Pak Noer sudah pensiun. Tak menjabat di pemerintahan.

Saya janjian pukul 13.00 WIB. Saya datang ke kediaman beliau di Jalan Anwari Surabaya pukul 12.45 WIB. Saya sengaja datang lebih awal dari waktu yang sudah kami sepakati. Saya pikir beliau senang.

Saya dipersilakan masuk ke ruang tamu. Tak lama kemudian Pak Noer keluar. Saya pun menyiapkan notes dan fulpen untuk wawancara.

“Kita janjian jam berapa,” tiba-tiba Pak Noer bertanya.

Dengan rasa percaya diri saya jawab pukul 12.45 WIB.

“Kita janjian jam berapa,” tanya Pak Noer lagi.

“Jam 12.45,” jawab saya.

“Berarti masih kurang 15 menit. Tunggu sampai jam 13.00,” kata Pak Noer. Ia kemudin masuk kembali ke dalam rumahnya.

Saya langsung bengong. Betapa disiplinnya beliau terhadap waktu. (m. mas'ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO