Sepak Bola Usia Dini, Bukan soal Menang atau Kalah
Editor: Redaksi
Minggu, 26 Mei 2024 09:54 WIB
Oleh: Dr. Imam Syafii, M.Kes
Dosen Fakultas Ilmu Kelolahragaan dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Surabaya
BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Pembinaan sepak bola usia dini, yang dikenal dengan istilah Grassroots lebih mengedepankan pengenalan dan pengembangan keterampilan dasar permainan sepak bola yang dikemas dalam suasa menyenangkan bagi anak-anak.
BACA JUGA:
Menang Tipis 0-1 atas Pekanbaru, Persibo Bojonegoro Lolos ke Liga 2
1.538 Petugas Gabungan Bakal Kawal Partai Final Leg ke-2 Madura Vs Persib di Bangkalan
Dua Tim Wakil Jatim Lolos 8 Besar Liga 3, Selangkah Lagi menuju Liga 2
Empat Tim asal Jatim Keok di Babak 16 Besar Liga 3 Nasional
Dalam berbagai referensi, termasuk dalam dokumen FIFA, usia Grassroots terbentang antara 6-12 tahun.
Pada rentang usia tersebut, belum ada target mencari kemenangan dan juara ketika bertanding pada sebuah turnamen.
Hasil yang dicapai dalam suatu pertandingan saat itu merupakan gambaran kemampuan anak sebagai hasil belajarnya.
Pada fase Grassroots anak-anak sedang berada pada tahapan belajar kognitif dan assosiatif dengan kata kunci pengulangan.
Proses belajar gerak dasar harus dilakukan secara berulang ulang untuk mencapai standar penguasaan yang diharapkan.
Pada fase kognitif, seorang anak belajar mengingat, mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan.
Suatu ketika, misalnya ada bola yang datang dari arah depan dan harus diperebutkan dengan lawan bermainnya, maka dia belum bisa mengambil keputusan secara otomatis.
Dia akan mengingat kembali pengalamannya terlebih dahulu ketika menghadapi situasi tersebut, baru mengambil keputusan.
Untuk membiasakan mengambil keputusan dengan cepat itu, seorang anak harus melakukannya secara berulang-ulang melalui latihan yang terencana.
Tujuannya agar anak dapat terus meningkat kemampuannya dalam memecahkan masalah terhadap situasi yang terjadi di lapangan.
Frekuensi atau seberapa sering seorang anak mengulang keterampilan dasar yang dibutuhkan akan menjadi penentu kualitas hasil belajarnya.
Pada fase asosiatif, yang merupakan tahapan belajar berikutnya, seorang anak akan belajar merangkai atau menggabungkan keterampilan dasar satu dengan yang lainnya.
Pada fase ini keterampilan dasar yang dimiliki seorang anak akan dipergunakan untuk kebutuhan bermain secara tim dengan pemain lainnya.
Anak sudah mulai dikenalkan untuk belajar memahami situasi permainan, apa yang harus dilakukan ketika timnya diserang atau sebaliknya.