Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto

Editor: M Mas'ud Adnan
Jumat, 13 September 2024 16:05 WIB

Dzulhilmi Bin Nawawi menyerahkan cindramata kepada Prof Dr KH Asep Saifuddin Challim, MA, di kediamannya Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Selasa (10/9/2024). Foto: MMA/bangsaonline

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Sebanyak empat orang dari Kementerian Pendidikan, Lembaga Peperiksaan, Putra Jaya Malaysia, melakukan studi banding ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Jawa Timur.

Pantauan BANGSAONLINE, pagi itu rombongan dari Kementerian Pendidikan Malaysia yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempaun itu diterima langsung oleh Prof Dr KH Asep Saifuddin Challim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah di kediamannya di lantai 2 Pacet Mojokerto, Selasa (10/9/2024).

Rombongan yang dipimpin Dzulhilmi Bin Nawawi itu mengaku mengagumi prestasi dan sistem pendidikan Amanatul Ummah selama ini, terutama jaringan internasional ke Timur Tengah.

“Akan kita aplikasikan di Malasysia,” kata Dzulhilmi Bin Nawawi sembari menjelaskan bahwa mereka di Kementerian Pendidikan Putra Jaya Malaysia membidangi tentang ujian nasional pelajar Madrasah Aliyah Malaysia yang akan melanjutkan studi atau kuliah di Universitas Al Azhar Mesir.

Dalam acara studi banding itu mereka banyak bertanya tentang keunggulan pendidikan Amanatul Ummah.

Kiai Asep Saifuddin Chalim yang didampingi para guru Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) menjelaskan bahwa santri Amanatul Ummah yang melanjutkan kuliah di Universitas Al Azhar Mesir tak perlu tes.

“Karena punya mu’adalah. Amanatul Ummah satu-satunya pondok pesantren di Indonesia yang punya mu’adalah,” kata Kiai Asep yang juga ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Ijazah mu’adalah adalah ijazah yang disetarakan dengan kurikulum lembaga pendidikan Al-Azhar Mesir. Kini santri Amanatul Ummah yang sedang kuliah di Universitas Al Azhar Mesir sekitar 450 mahasiswa

.

Kiai miliarder yang gemar bersedekah itu kemudian menjelaskan sejarah Amanatul Ummah. Ia mengaku mendirikan lembaga pendidikan berawal dari keprihatinan.

“Ada kegelisahan saat anak saya lulus SD. Anak saya 9 orang. Akan saya sekolahkan kemana anak saya,” tutur Kiai Asep di depan tamu-tamu dari Malaysia itu.

Pada 1988 Kiai Asep kemudian mendirikan pondok pesantren. “Jadi murid pertama saya adalah anak saya,” katanya.

Kiai Asep merintis lembaga pendidikan sejak tinggal di Surabaya. Tepatnya di Jalan Siwalankerto Surabaya. Kini pondok pesantren Amanatul Ummah di Surabaya tetap eksis. Santinya sekitar 2.000 orang.

Pada tahun 2006 Kiai Asep mengembangkan pondok pesantren ke Pacet Mojokerto. Menurut dia, Amanatul Ummah yang ia dirikan di Pacet itu berasal dari sebidang tanah yang anker. Tanah itu terletak di kawasan hutan di Tirtowening, Paras, Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Mojokerto.

“Saat itu akses jalannya sempit dan tak ada satu warung pun di sepanjang jalan menuju tempat ini,” tutur Kiai Asep.

“Kalau ada mobil tak bisa nyalip karena jalannya sangat kecil,” tambah Kiai Asep.

Sepanjang perjalanan sepi. Bahkan banyal begal.

Kiai Asep membei tanah itu dengan cara menyicil, tidak langsung lunas.

“Santrinya 48 orang,” ujar Kiai Asep mengenang santri pertamanya.

“23 anak perempuan, 25 laki-laki,” tambahnya.

Pondoknya sangat sederhana. Bahkan tak ubahnya kandang ayam.

“Dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Ditambal kertas minyak agar tak terkena angin,” ungkap Kiai Asep sembari mengatakan kalau malam sangat dingin.

“Sekolahnya terdiri dari terop. Tapi saya beri nama Sekolah Bertaraf Internasional,” kata Kiai Asep.

Sejatinya, Kiai Asep mengaku malu dan tak percaya diri. Apalagi ia pernah dicibir oleh Lurah atau Kepala Desanya.

“Ojok kemelipen po’o (jangan terlalu tinggi melangit). Kenyataannya kondisi sekolahnya seperti itu,” kata Lurahnya saat itu kepada Kiai Asep.

Cibiran kepala desa itu disampaikan seusai Kiai Asep menyampaikan pidato di depan para wali santrinya yang penuh semangat.

Tapi Kiai Asep kemudian menemukan dalil dalam Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syaikh Zarjuni. “Innallaha ma’liyal umur wayukrahu safsafaha. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang tinggi urusan-urusannya, tinggi cita-citanya, dan Allah tak suka pada orang yang rendah urusan-urusannya, yang rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep.

Sejak itu Kiai Asep mengaku tak peduli cibiran orang. “Toh saya dicintai Allah kalau punya cita-cita tinggi,” katanya sembari mengatakan bahwa sejak itu ia selalu percaya diri.

Bagi Kiai Asep santri pertama sebanyak 48 orang itu sangat menentukan bagi masa depan karirnya di bidang pendidikan.

Kenapa? Kiai Asep bercerita, dari 48 santri pertama itu sebanyak 12 orang berasal dari Bayuwangi. Nah, wali santri dari Banyuwangi itu menyambangi putra-putrinya. Mereka bertanya kepada 12 santri itu. Kenapa mereka kerasan atau betah mondok di Amanatul Ummah yang kondisi bangunan fisiknya sangat memprihatinkan.

“Jawaban 12 santri itu akan sangat menentukan, apakah santri itu tetap mondok di Amanatul Ummah atau dibawa pulang oleh orang tuanya,” kata Kiai Asp.

Menurut Kiai Asep, para wali santri itu minta 12 santri putra dan putri itu menjawab secara jujur.

“Kalian jawab secara jujur, apa kalian kerasan mondok di sini karena bebas tidur atau bagaimana,” tanya wali santri itu.

Jawaban 12 santri itu di luar dugaan. “12 santri itu mengaku senang dan kerasan mondok di Amanatul Ummmah karena gurunya baik-baik,” kenang Kiai Asep. Akhirnya para wali santri dari Banyuwangi itu membiarkan putra-putrinya nyantri di Amanatul Ummah.

Menurut Kiai Asep, kunci sukses lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh tiga hal.

Pertama, kualitas guru. “Kita hanya mengandalkan dua hal. Guru yang baik dan sistem yang kompetentif,” tutur putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada November 2023 ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

“Guru yang baik adalah yang guru yang bisa mentransfer ilmunya dan menjadi teladan di tengah-tengah muridnya,” jelas Kiai Asep.

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video