Kesenian "Tembheng Macapat" masih Dilestarikan di Madura | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kesenian "Tembheng Macapat" masih Dilestarikan di Madura

Editor: Choirul
Wartawan: Tari
Kamis, 05 Oktober 2017 11:49 WIB

Pagelaran Tembheng Macapat di Sumenep. foto: istimewa

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - "Tembheng Macapat" adalah sebutan macopat dari Pulau Madura. Biasanya dalam pembacaan macopat ini diiringi dengan alunan musik.

Seiring dengan penyebaran dan perkembangan agama Islam di berbagai wilayah nusantara, Tembheng Macapat inipun menyebar ke Madura.

Tembheng Macapat Madura berawal dari Jawa. Dan pada dasarnya merupakan kumpulan dari beberapa Tembhang Jawa Kuno. Yang setiap baris kalimat disebut gatra dan setiap gatra memiliki sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.

Di Madura sendiri Tembhang Macapat dalam bahasa Jawa akan diubah menjadi bahasa Madura. Pada umumnya macapat memiliki arti yaitu “Maca Papat-papat” yang memiliki arti cara membaca Tembheng Macapat ini terjalin tiap empat suku kata.

Tembheng Macapat Madura memiliki ikatan aturan, Tembheng yaitu jumlah gatra (padde) dari masing – masing tembheng berbeda, mengikuti aturan guru lagu dan guru wilangan yang sama. Tembheng Macapat Madura memiliki keunikan tersendiri yaitu lebih diutamakan cengkok atau lagu pada tembheng itu.

Tembheng biasanya digelar warga Madura ketika memiliki hajatan. Nur (52), satu tokoh pentas Tembheng Macapat yang berasal dari Kecamatan Gapura, Sumenep, mengatakan, “Kesenian Tembheng Macapat Madura ini masih dijaga oleh masyarakat Madura. Kesenian Tembheng Macapat Madura ini sudah saya naungi selama 10 tahun. Saya bisa melestarikan kesenian ini bersama teman-teman pemain lainnya,” tutur Nur, satu anggota Kesenian Tembheng Madura.

Jenis Tembheng Macapat Madura, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Tembheng Raja, Tembheng Tengahan dan Tembheng Macopat atau Tembheng Kene’.

Tembheng Macapat atau Tembheng Kene’ merupakan tembheng yang biasa dimainkan di Pulau Madura. Jenis dari tembheng ini ada 11 macam tembheng yaitu Salanget (Kinanti), Pucung, Mejil (Medjil), Maskumambang, Durma, Kasmaran (Asmaradana), Pangkor, Senom (Sinom), Artate’ (Dandanggula), Megattro (Megatruh), Gambuh.

Jika dipilah-pilah isinya, antara lain:

1. Tembheng Salanget (Kinanti) merupakan tembheng yang melukiskan cerita – cerita percintaan (kasih sayang)

2. Tembheng Pucung adalah tembheng tentang sembrana parikena (sembarang) yang biasanya dipakai untuk menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki.

3. Mejil (Medjil) yaitu tembheng yang mengungkapkan dan melukiskan rasa sedih. selain itu Medjil uga memuat pula kisah-kisah nasehat yang berisi tentang kebesaran Sang Pencipta.

4. Maskumambang (Kumambang) memiliki arti mengapung.

Ini satu Tembheng Maskumambang:

Mon nyeroan ratona banne ngerenge

Mastena nyeroan

Tao se ekabhutowen

Dha’ ka oreng a manfaat

Artinya : kalau lebah pemimpinnya bukan kecoak, seharusnya lebah mengerti tentang kebutuhan kepada manusia yang sangat bermanfaat.

5. Durma (Sima) memiliki arti harimau, dengan isi cerita yang cenderung keras. Karena tembheng ini melambangkan tiga nafsu manusia yang mewakili nafsu angkara, nafsu mudah marah serta nafsu birahi. Tembheng ini menggambarkan cerita-cerita perkelahian, perang serta kondisi psikologi.

6. Asmaradana (Kasmaran) dalam arti Madura disebut kesemsem yang artinya jatuh cinta atau kasmaran. Tembheng ini biasanya digunakan untuk menggambarkan perasaan cinta ataupun rasa sedih. selain itu juga memberikan gambaran rasa senang, bahagia tidak ada pikiran susah dan senantiasa berada dalam kondisi gembira.

Ini Contoh tembang Asmaradana:

Dhu tang ana’ reng se raddhin, se gentheng pole parjuga

Sopaja enga’ ba’na kabbhi jha’ odhi’ bedheh neng dunnyah

Koddhu ba’na enga’a, sabbhen are korang omor, sajen abit, sajen korang

Sabelun dhepa’ ka jenji, la mara pong – pong sateya

Bannya’-bannya’ pangabekte, alakowa parentana, jeu’i larangannah

Gusteh Allah Maha Agung, ngobesanne alam dunnyah

Dhu tang ana’ estowaghi , asareya kabecce’an menangka sangona odhi’

Neng dunnyah coma sakejhe’ , omor ta’ asomaja tako’ dhapa’ dhe’ ka omor

Abelih ngadep dhe’ Allah

Artinya: Duh, anak-anak yang cantik yang bagus dan gagah, supaya kamu ingat semua, hidup ada di dunia, harus kamu perhatikan, setiap hari umur berkurang. Sebelum sampai ke janji, ayo kerjakan sekarang juga, banyak-banyak berbakti, kerjakan perintah Tuhan, jauhi larangan Tuhan, Gusti Allah Maha Agung menguasai alam dunia. Duh anak yang mendapat restu, carilah kebajikan, sebagai bekal hidup, takut sampai kebatasnya umur, kembali menghadap Allah Swt.

7. Pangkor yang artinya penghujung, tembheng ini biasanya ditembhengkan pada pada bagian suatu cerita.

Ini contoh Pangkor:

Raje ongghu paneremannah

Tanemmanna pon la ngelebhi’i oreng

Oreng se mratane lebur

Kalamon cokop landhu’na

Buwana ba’ lebba’ ka bungka’enna dhuluk

Nyaman bei long polongan

Panyeramanna la mare

Artinya: besar sekali rasa syukurnya, tanamannya sudah setinggi orang, orang yang merawat gembira, jika sudah cukup mencangkulnya, buahnya lebat sampai pohonnya meliuk, jika sudah butuh mengambil, sebelumnya setiapsaat disiram.

8. Senom (Sinom) biasanya tembheng ini dipakai untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat romantis baik dalam hubungannya dengan kisah percintaan ataupun hubungan antar sesama manusia.

Ini contoh Senom:

Saklangkong loros bungkana

Pappa bi’ tolop dha’ andhi’

Dhauna bi’ topeng padha

Buwa bannya’raa kene’

Dha’ bungka padha nyelpe’

Ta’ asa pesa apolong

Se ngodheh biru bernana

Ding la towa aobe koneng

Mon buweh eporrak, bigi katon kabbhi

Artinya: pohonnya sangat lurus, pelepah dan ranting tidak punya, daunnya bisa dipakai payung, buahnya banyak besar dan kecil, bersatu melekat pada pohonnya, bersatu tidak terpisah, yang muda biru warnanya, bila tua berubah jadi warna kuning, kalau buah sudah dibelah, biji baru kelihatan.

9. Artate’ (Dhandanggula) terdiri dari dua kata yaitu dhandang yang artinya pangarep dan gula artinya manis. Tembheng ini mempunyai maksud dan sebuah pengharapan tentang sesuatu dengan tujuan akhir mencapai kebaikan. Dan untuk mengungkapkan perasaan suka cita ataupun ketika mencapai sebuah kemenangan.

10. Megattro (Megatruh), tembheng ini biasanya melukiskan perasaan kecewa ataupun kesedihan yang mendalam.

11. Gambuh menjelaskan tentang segala sesuatu yang bisa diatasi. (Tari/UTM)

Acara tembheng macapat. foto: istimewa

 

 Tag:   Budaya Madura

Berita Terkait

Bangsaonline Video