Biogas Sampah TPA Bojonegoro Kurangi Beban Belanja Warga | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Biogas Sampah TPA Bojonegoro Kurangi Beban Belanja Warga

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Eky Nurhadi
Selasa, 05 Februari 2019 14:21 WIB

Jaringan pipa yang menyalurkan biogas ke rumah-rumah warga.

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Siang itu matahari di kawasan Tempat Pembungan Akhir (TPA) Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur cukup terik. Matahari persis di atas kepala pada pukul 11.30 WIB Kamis, (31/1/2019).

Seluas mata memandang, terlihat tumpukan sampah bak gunung anakan. Mobil truk berwarna kuning hilir mudik membawa 'kotoran'.

Namun di salah satu sudut TPA ada hal yang berbeda. Datarannya tinggi, tempatnya juga tidak begitu kumuh. Terlihat puluhan pipa besar menancap di atas tanah berwarna kuning. Ada juga pipa kecil yang melintas ke berbagai sudut.

Ternyata, lokasi itu merupakan proses pembuatan energi gas metana. Hasil pemrosesan gas metana sejauh ini berhasil. Bahkan telah disalurkan hingga ke 44 rumah warga di sekitar TPA, tepatnya warga RT 12 Dusun Kalisari, Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk yang berjarak 1.5 kilometer.

Gas dari sampah itu diberikan kepada warga secara cuma-cuma. 44 kepala rumah tangga tidak dipungut biaya sepeser pun oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro selaku pengelola gas metana.

Mualim (30) kepala teknisi pengelola biogas menjelaskan, pengelolaan sampah menjadi energi itu sudah dilakukan sejak 2007. Dari tahun ke tahun pengelolaan sampah terus dikembangkan, hingga saat ini tanah seluas dua hektar telah digunakan untuk proses pembuatan biogas.

"Dulu (2007) masih kecil gas yang dihasilkan dari proses ini (hanya 20 rumah warga yang dialiri gas). Tapi sekarang sudah 44 rumah tangga kita aliri gas secara gratis," ujar Mualim menjelaskan.

Pemanfaatan sampah menjadi biogas itu, kata dia, untuk mengurangi bau sampah di TPA. Sebab saat musim hujan, baunya sering menyebar ke rumah-rumah warga. Namun saat ini bau tersebut sudah hampir tidak ada, karena sampah diolah dan dikelola dengan baik.

"Sampahnya dari berbagai macam, mulai sampah organik (dedaunan) hingga sampah rumah tangga," terangnya.

Dia mengungkapkan, sampah di TPA setempat ke depan akan terus dikelola dengan baik dan terus dikembangkan. Jika saat ini baru 44 rumah warga yang dialiri jaringan gas metana, akhir tahun ini ditarget sebanyak 70 rumah warga yang akan menikmati gas olahan dari sampah TPA.

"Sementara ini masih terkendala pengadaan pipa untuk jaringan ke rumah-rumah warga, tapi secepatnya akan dianggarkan oleh dinas," ucapnya.

Jaringan pipa yang digunakan untuk menyalurkan gas metana ke rumah warga itu berukuran 1/2 inci. Sedangkan pipa yang ditancapkan di titik tumpukan sampah berukuran 4 inci.

"Ada 25 pipa yang kita tancapkan di titik pembuatan gas metana dengan kedalaman 6 meter dari atas permukaan. Pipa-pipa berisi uap gas itu kemudian kita sedot dengan mesin blower. Selanjutnya baru kita salurkan ke rumah-rumah warga," ujarnya.

Sementara ke dalam tumpukan sampah yang memunculkan gas metana adalah 12 meter. Pembuatan biogas itu cukup mudah, hanya dengan menumpuk sampah basah kemudian ditutup dengan tanah, dalam beberapa bulan sudah akan mengeluarkan gas metana.

"Kalau musim kemarau saja perlu melakukan pembasahan dengan air lindi. Air lindi juga berasal dari olahan sampah yang kita proses sendiri," paparnya.

Selain mengelola sampah menjadi biogas, DLH Bojonegoro juga mengelola sampah menjadi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, minyak tanah dan bensin (premium). Hanya saja kualitas BBM hasil olahan di TPA setempat masih rendah, sehingga hanya digunakan untuk operasional kendaraan dan mesin pribadi.

"Kita gunakan untuk bahan bakar diesel pencacah sampah serta sepeda motor operasional pegawai TPA. Tidak kita jual belikan karena kualitasnya masih rendah," kata Mualim.

Nurul Azizah kepala Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro menambahkan, keberhasilan mengelola sampah menjadi energi maupun pupuk organik tersebut telah mendapat perhargaan dari Kantor Pemberdayaan Aparatur Negara pada 2016 lalu.

"TPA Banjarsari sejak 2016 masuk 99 TPA terbaik se-Indonesia. Kami berharap ke depan akan lebih baik lagi," ujar Nurul Azizah terpisah.

Sandi Suwondo Kepala RT 12 Dusun Kalisari, Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk mengapresiasi keberhasilan DLH dalam mengelola sampah menjadi biogas. Menurut dia, biogas yang disalurkan ke rumah-rumah warga sangat bermanfaat dan mampu mengurangi beban belanja harian warganya.

"Selain rumah warga, sejumlah warung juga mendapat saluran biogas dari TPA secara gratis," ungkapnya. (nur/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video