Tak Peduli Popularitas Turun, Jokowi Ngotot Naikkan Harga BBM
Sabtu, 15 November 2014 20:21 WIB
JAKARTA(BangsaOnline) Presiden Joko Widodo mengaku tidak peduli, jika popularitasnya turun, setelah menaikkan harga BBM bersubsidi. Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, hal tersebut merupakan sebuah risiko yang harus ditanggung seorang pemimpin.
Hal itu, diungkap oleh pria yang akrab disapa Jokowi, saat bertatap muka dengan 260 warga Indonesia di Australia, ketika berkunjung ke Universitas Teknologi Queensland (QUT) Jumat malam, 15 November 2014 waktu setempat. Tatap muka itu juga bisa disaksikan oleh warga Indonesia lainnya melalui live streaming di media sosial.
BACA JUGA:
Jokowi Resmikan Smelter Grade Alumina, Erick Thohir Paparkan Dampak soal Impor Alumnium
Menparekraf Sebut Investasi IKN dari Luar Negeri Sentuh Angka Rp1 Triliun
Presiden Jokowi Jadi Saksi Pernikahan Yusuf dan Jihan, Khofifah: Sebuah Kehormatan yang Luar Biasa
Projo Tuban Gaspol Dukung Paslon Riyadi Gus Wafi di Pilbup
"Itu risiko. Apakah pemimpin harus selalu populer? Demi rakyat, apa pun akan saya lakukan. Saya tidak peduli, menjadi tidak populer karena menaikkan harga BBM bersubsidi," ujarnya.
Namun, Jokowi berkelakar, tidak khawatir popularitasnya turun, karena hal tersebut tidak akan berlangsung lama. "Paling juga berlangsung satu bulan. Setelah itu, minta foto lagi. Kalau ketemu pasti bilang: Pak selfie, Pak selfie," kata Jokowi yang diikuti tawa para hadirin.
Di mata mantan Wali Kota Solo itu, Indonesia harus menjadi bangsa yang hemat dan irit. Anggaran seperti subsidi harus tepat sasaran.
Dia, kemudian mengaku kecewa dengan anggaran tahun depan, sebab untuk subsidi BBM diberi porsi Rp433 triliun. Padahal, menurut Jokowi, dana tersebut akan lebih bermanfaat dan produktif jika dialihkan ke sektor lain.
"Misal untuk membuat waduk. Pembuatan satu waduk itu memakan biaya Rp400 miliar. Lah, dengan dana Rp400 triliun, artinya kita bisa buat 1.000 waduk," katanya memberi contoh.
Contoh yang lain, yaitu, pembuatan jaringan rel kereta api dari Sumatera menuju ke Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jokowi menyebut dana yang dibutuhkan Rp360 miliar.
Simak berita selengkapnya ...
sumber : vivanews.com