​Wafat 7 Ramadan 1366 H, 75 Tahun Lalu, Hadratussyaikh Peletak Batu Kemerdekaan RI | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Wafat 7 Ramadan 1366 H, 75 Tahun Lalu, Hadratussyaikh Peletak Batu Kemerdekaan RI

Editor: MA
Rabu, 29 April 2020 21:56 WIB

Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. foto: BANGSAONLINE.COM

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - “Seandainya di dunia ini ada sepuluh orang saja seperti beliau (Hadratussyaikh) yang mengkhususkan diri untuk dakwah Islam di Eropa umpamanya, dengan gaya bahasa beliau yang halus dan menarik itu, maka tak diragukan lagi kita akan melihat hampir semua orang Eropa beragama Islam,” kata Karl Von Smith.

Pernyataan Karl Von Smith itu disampaikan kepada Muhammad Asad Syihab, penulis buku Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlal Indonesia.

Ir. Karl Von Smith populer saat perang kemerdekaan RI. Ia lahir pada 1902 di Kota Hanover Jerman. Ia bekerja di Kementerian Dalam Negeri Belanda. Pada 1929, perusahannya mengirim Smith ke Indonesia.

Saat di Surabaya ia menyaksikan kuli bangunan istirahat kerja. Kuli itu berwudlu lalu salat. Smith tertarik. Ia penasaran. Kenapa kuli itu selalu membasuh muka. Juga beberapa bagian tubuhnya. Lalu salat.

Ia bertanya, tapi kuli itu tak bisa menjelaskan. Ia menyarankan Smith bertemu Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Ulama besar. Pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Juga pendiri Pesantren Tebuireng Jombang. Jawa Timur.

Pada 1931 Karl Von Smith bertemu Hadratussyaikh. Sejak itu ia intensif berdialog. Tentang agama. Ia 10 bulan berdiskusi dengan Hadratussyaikh sampai akhirnya ia masuk Islam.

Peristiwa Karl Von Smith masuk Islam ini adalah bukti kepiawaian Hadratussyaikh dalam berdakwah. Menurut pengakuan Karl Von Smith, Hadratussyaikh tak pernah mengutip ayat-ayat Al-Quran atau Hadits. “Beliau (Hadratussyaikh) samasekali tak pernah menyampaikan kepada saya nash-nash Al-Quran atau sabda-sabda Rasulullah SAW atau dari buku-buku kaum muslimin,” kata Karl Von Smith seperti ditulis Muhammad Asad Syihab dalam bukunya Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali Indonesia (Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari Pejuang Kemerdekaan Indonesia). Buku ini diterjemahkan Zainur Ridlo. Diterbitkan Pustaka Tebuireng Jombang.

Kenapa Hadratussyaikh tak mengutip Al-Quran dan Hadits? “Karena beliau (Hadratussyaikh) tahu, bahwa saya ketika itu belum beriman dan tidak percaya kecuali kepada apa yang saya imani, sehingga beliau tidak mengemukakan kepada saya sesuatu yang tidak saya percayai,” kata Karl Von Smith.

Berarti Hadratussyaikh sangat arif dan mulia akhlaknya. Ia menghargai penganut agama lain. Hadratussyaikh tak mau mengusik keimanan penganut agama lain. Hadratussyaikh menghargai keyakinan yang dianut Karl Von Smith yang saat itu beragama Kristen.

Lalu bagaimana Hadratussyaikh memahamkan Islam? jika tak pernah menyitir ayat al-Quran dan Hadits sebelum Karl Von Smith masuk Islam? “Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari memahamkan kepada saya tentang Islam dari buku-buku yang pernah saya baca dan dari agama Nasrani yang pernah saya peluk,” kata Karl Von Smith

Bahkan ketika Karl Von Smith minta pendapat tentang keinginannya untuk masuk Islam, Hadratussyaikh tidak serta merta mengiyakan. Hadratussyaikh justru menekankan pentingnya keyakinan agama didasarkan pada ilmu dan kesadaran.

“Ketika saya meminta pendapat beliau (Hadratussyaikh) tentang niat dan keinginan saya untuk memeluk Islam, beliau menjawab, 'Kamu bebas untuk memilih agama yang kamu suka dan kamu ridlai untuk dirimu. Kamu telah memahami Islam, maka pilihlah untuk dirimu keyakinan (aqidah) dan agama yang kamu percayai dengan syarat keimanan dan aqidah ini berdasarkan ilmu, pengertian, dan kesadaran, dan keyakinan setelah mempelajarinya',” ungkap Karl Von Smith menirukan petuah Hadratussyaikh.

Padahal keyakinan Karl Von Smith sudah bulat. “Ketika itulah saya berniat memeluk agama Islam dan saya menyatakannya di hadapan beliau,” kata Karl Von Smith. Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Hadratussyaikh. Tentu disaksikan orang-orang Islam yang lain.

“Saya mengucapkan kalimat syahadat di depan kumpulan kaum muslimin yang menjadi saksi yang telah menyambut saya, dan setelah itu memeluk saya dengan pelukan seorang saudara yang telah lama hilang,” katanya.

Hadratussyaikh pun menyambut baik. “Beliau pun menyambut saya dengan sambutan yang hangat dan menyampaikan kabar gembira itu kepada semua yang hadir,” kata Kar Von Smith.

Ketika Karl Von Smith memeluk Islam, barulah Hadratussyaikh menyampaikan ayat al-Quran. “Ketika saya merasa puas dan dapat menerima Islam, setelah berkomunikasi selama 10 bulan, baru beliau (Hadratussyaikh) mulai menyampaikan sedikit dari ayat-ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi SAW yang penuh mutiara hikmah dan nasihat-nasihat. Sungguh benar-benar tertarik mendengar ayat-ayat Al-Quran dan kagum dengan ketinggian makna-maknanya, sehingga saya sangat merindukan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ayat-ayat Al-Quran,” katanya.

Menurut Muhammad Asad Shihab, Hadratussyaikh juga tak menyukai fanatisme karena bisa memecah belah umat Islam. “Beliau selalu mengajak ukhuwah Islamiah dan mengajak bersatu secara menyeluruh serta meninggalkan fanatisme buta,” tulis Muhammad Asad Shihab.

Itulah kenapa Hadratussyaikh bisa menjadi pilar utama dalam menggerakkan hati masyarakat untuk bersatu melawan penjajah Belanda dan jepang serta para sekutunya. Menurut Muhammad Asad, Hadratussyaikh bercita-cita ingin membentuk masyarakat Indonesia yang agamis.

“Di mana hukum dan ajaran Islam dapat ditegakkan. Karena itu beliau membangun pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah. Serta memperluas usaha-usaha pendidikan dengan usaha yang lebih besar. Beliah juga mempunya ide untuk menyatukan potensi dan semangat para ulama. Setelah dikumpulkannya para ulama dan tercetuslah sebuah organisasi dengan nama Jamiyah Nadlatul Ulama,” tulisnya.

Hadratussyaikh juga tak pernah putus asa. Bahkan rintangan bagi Hadratussyaikh justeru menjadi motivasi untuk bangkit dan terus berjuang. Ini tampak ketika tentara Belanda menghancurkan Pesantren Tebuireng yang baru didirikan. Tentara Belanda menyerang Pesantren Tebuireng dengan aksi kekerasan setelah Hadratussyaikh tak bisa ditaklukkan. Bangunan pesantren rusak, perabotan dan peralatan pesantren hancur berantakan. Bahkan kitab-kitab dan dokumen penting dirampas oleh tentara Belanda.

Tapi Hadratussyaikh samasekali tak gentar, apalagi putus asa.”Sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang datang secara mendadak seperti ini tidak boleh menghencurkan cita-cita kita dan tidak boleh mematahkan semangat perjuangan,” kata Hadratusyaikh.

Karena itu ketika penjajahan Jepang memenjarakan Hadratussyaikh dan memukuli secara sadis, kakek Gus Dur dan ayah KH A Wahid Hasyim itu tak pernah menyerah. Ia terus melawan dan mengkonsolidasi masyarakat untuk mengusir penjajah dengan fatwa-fatwa agama. Salah satu fatwa yang sangat legendaris adalah Resolusi Jihad.

Hadratussyaikh wafat pada tanggl 7 Ramadan 1366 H saat berjuang melawan penjajah. Beliau wafat dalam usia 79 tahun. Wafatnya Hadratussyaikh sangat mengguncang rakyat Indonesia yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Para laskar bentukan Hadratussyaikh seperti Hizbullah, Mujahidin, Sabilillah yang sedang berada dalam pertempuran, semuanya terguncang. Meski demikian, tulis Muhammad Asad Shihab, masyarakat dalam jumlah yang sangat besar tetap mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir. Pemerintah Indonesia juga secara resmi ikut dalam upacara mengantar jenazah Hadratussyaikh. Bahkan kemudian menganugrahkan gelar pahlawan nasional.

“Mungkin tak pernah terlintas di benak kita, bahwa pemimpin Islam yang agung ini seorang peletak batu pembangunan kemerdekaan Indonesia, berani mengibarkan bendera perjuangan dengan ucapan dan perbuatan, dengan senjata yang sangat sederhana, namun mampu mengguncangkan pilar-pilar penjajah Belanda,” tulis Muhammad Asad Shihab yang menulis sejumlah tokoh dan pejuang Indonesia.

Mari membaca tahlil, minimal Surah Al-Fatihah kepada Hadratussyaikh. Lahul fatihah… (m mas’ud adnan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video