Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim

Editor: MMA
Minggu, 26 Desember 2021 08:00 WIB

Para santri meletakkan sajadahnya agar diinjak Prof Dr KH Asep Safuddin Chalim, MA, sebagai tabarrukan, di Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (25/12/2021). Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com

Ribuan santri yang berada di dalam masjid itu pun menyimak dengan serius.

Para santri putra berada di lantai bawah. Sedang para santri putri berada di lantai atas masjid. Namun di luar masjid juga banyak santri yang menghampar karpet dan sajadah karena di dalam masjid sudah full.

membaca Hadits secara runtut. Artinya, per halaman. Saat itu kebetulan Hadits yang dibaca menyangkut perzinahan. langsung mengingatkan para santrinya agar jangan sampai terjerumus perzinahan. “Semua para santri harus mendengarkan Hadits ini. ” kata .

Dalam Hadist itu disebutkan bahwa siapa pun yang menzinahi orang, maka kelak keturunannya atau keluarganya akan dizinahi orang, meski berada di dalam tembok (bertempat tinggal di rumah tembok). 

"Wanau’dzubillah,” kata .

Karena itu, mengaku memberi syarat berat bagi alumni Pondok Pesantren yang melanjutkan studi ke Eropa dan Amerika.

“Salatnya harus 50 rakaat agar terhindar dari maksiat,” katanya. Yaitu terdiri dari salat rawatib (5 waktu), salat sunah qabliah (sebelum salat 5 waktu), salat sunnah ba’diah (salat sunnah seusai salat 5 rawatib), salat malam dan seterusnya.

Selain itu harus masak sendiri agar tak tercampur daging babi atau makanan haram lainnya.

“Saya waktu di Lampung mendapat pengaduan dari alumni kita yang kuliah di Rusia. Katanya teman-teman kuliahnya (bukan alumni ) banyak yang pergi ke night club. Saya diminta untuk memberikan nasehat,” kata .

mengakhiri pengajiannya setelah membaca beberapa Hadits.

Saat mau meninggalkan masjid, ada pemandangan menarik. Para santri, selain berdiri, juga meletakkan sajadah di sepanjang jalan yang akan dilewati .

Untuk apa? Agar sajadah itu diinjak atau dilewati oleh . Tabarrukan. Berharap barakah. Dalam tradisi pesantren, barakah berarti terus bertambahnya kebaikan.

Usai memberi pengajian ribuan santrinya, tidak langsung istirahat. Tapi meluncur ke Institut KH Abdul Chalim yang jaraknya sekitar 2 Km, Di masjid kampus KH Abdul Chalim yang diresmikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu, sejumlah mahasiswa telah menunggu. 

Di depan para mahasiswa-mahasiswi ini juga membaca kitab Muchtarul Ahadits.

Di sela-sela membaca Hadist, juga menyampaikan informasi tentang realitas sosial. Termasuk Muktamar ke-34 NU di Lampung.

“Orang memilih uang haram yang jumlahnya lebih banyak, daripada uang sedikit tapi halal,” katanya.

Setelah membaca beberapa Hadits, beranjak pergi.

Lagi-lagi, tidak istirahat seusai memberikan pengajian. bahkan langsung meluncur ke Surabaya. Pagi itu juga. Saat itu jam menunjukkan pukul 7 pagi.

“Kita sarapan dulu,” katanya sembari masuk ke lokasi Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah yang muridnya mencapai ribuan tapi digratiskan.

“Semua SPP, makan siang dan antar jemput, gratis,” kata . Gedung Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah ini bersebelahan dengan kampus Institut KH Abdul Chalim.

Di kantin Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah itulah kami sarapan. Menunya sangat sederhana. Tahu tempe dan ayam goreng. Plus kuah atau sayur sop.

Usai sarapan pagi, yang dikenal kaya raya tapi dermawan itu langsung meluncur ke Surabaya. Yaitu ke Pondok Pesantren yang terletak di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya. 

"Di sana saya juga akan memberikan pengajian," katanya. Di pesantren ini punya 2.000 santri. Sedang di Paccet Mojokerto mencapai 10.000 santri. (mma)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video