Bedah Buku di UTM Bangkalan, Kiai Asep Beber Rahasia Jadi Miliarder

Bedah Buku di UTM Bangkalan, Kiai Asep Beber Rahasia Jadi Miliarder DARI KIRI: M Mas'ud Adnan, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan Ahmad Cholil, Ph.D dalam bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan, Kamis (8/9/2022). Foto: Ahmad Fauzi/BANGSAONLINE.com

“Saya tertarik doa itu karena judulnya Addu’a alladzi laa yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT,” kata putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU.

Saking istijabahnya, menurut Kiai Asep, untuk permintaan yang maksiat pun tetap terkabul. “Tapi jangan dipakai untuk minta sesuatu yang maksiat. Karena saya yang mengijazahkan juga kena getahnya,” pinta Kiai Asep.

Menurut Kiai Asep, doa itu dipanjatkan setelah melaksanakan salat hajat 12 rakaat. Setiap dua rakaat salam. 

Cara salat hajat itu bagaimana? Kiai Asep mengatakan bahwa caranya juga dijelaskan detail dalam buku itu. 

Menurut Kiai Asep, salat hajat itu diakhiri salat witir tiga rakaat dengan dua kali salam.

Sementara M Mas’ud Adnan mengaku tertarik menulis buku itu karena Kiai Asep adalah ulama besar dan fenomenal bahkan langka.

“Saya menilai Kiai Asep itu kiai atau ulama langka. Di Indonesia, miliarder kan masih tergolong langka. Apalagi kiai miliarder. Namun yang menarik, Kiai Asep tidak hanya kaya dan miliarder tapi juga dermawan. Dalam buku itu bahkan Pak Dahlan Iskan menyebut Kiai Asep Dermawan Besar,” tegas Mas’ud Adnan yang mengaku berasal dari Patemon Tanah Merah Bangkalan Madura.

Ia memberi contoh kedermawanan Kiai Asep. “Selama bulan Ramadan kemarin, Kiai Asep bersedekah dan berzakat Rp 8 miliar,” kata Mas’ud Adnan. Begitu juga saat pandemi melanda Indonesia.

"Kiai Asep turun sendiri memberikan beras dan uang pada pedagang kaki lima yang terdampak Covid," kata Mas'ud Adnan.  

Bahkan, menurut Mas’ud, setiap tamu yang datang atau sowan ke Kiai Asep selalu diberi sarung dan uang.

“Saya dulu juga kaget ketika awal sowan beliau. Kok saya diberi sarung dan uang,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Universitas Airlangga itu. Padahal, kata Mas’ud, biasanya justru kita yang harus menyalami uang jika kita sowan kiai.

“Kita kan tabarrukan pada kiai. Karena itu kita menyalami uang. Itu tradisi yang baik. Bahkan Gus Dur juga pernah disalami uang Rp 5.000 rupiah oleh warga Pasuruan. Saat itu uang itu oleh Gus Dur ditunjukkan kepada Bu Mega. Artinya, menyalami uang itu tradisi kita, terutama warga NU, karena tabarrukan,” kata Mas’ud Adnan.

Karena itu Mas’ud mengaku tak enak ketika diberi uang oleh Kiai Asep.

“Ini kan terbalik. Saat itu sempat mau saya kembalikan. Masak saya yang sowan malah diberi uang,” katanya disambut tawa peserta bedah buku.

Mas’ud juga mengungkap tentang Kiai Asep sewaktu remaja. Menurut dia, Kiai Asep sangat miskin. “Padahal beliau ini putra ulama besar, Kiai Abdul Chalim, pendiri Nahdlatul Ulama,” kata Mas’ud Adnan.

Menurut Mas'ud, Kiai Abdul Halim wafat saat Kiai Asep kelas 2 SMA. Saat itulah Kiai Asep tak ada yang membiayai sekolah sampai harus keluar dari SMA. 

“Makan pun cari sisa-sisa santri,” ungkap Mas’ud Adnan yang CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Tapi Kiai Asep punya semangat tinggi untuk belajar dan mencari ilmu. Kiai Asep pantang menyerah. “Padahal saking miskinnya, sewaktu remaja banyak gadis yang ditaksir menolak. Lamaran Kiai Asep diterima tapi setelah tiga bulan lamarannya dikembalikan oleh para orang tua cewek itu karena dianggap tak punya masa depan. Buka saja buku itu pada halaman 116,” kata Mas’ud Adnan. Para peserta langsung membuka halaman 116 buku itu. 

Kini, tutur Mas’ud, Kiai Asep sukses besar, menjadi guru besar, miliarder bahkan dermawan besar. “Ini kan bisa jadi insipirasi dan teladan bagi kita, generasi mendatang,” kata Mas’ud Adnan.

Kiai Asep langsung merespon apa yang disampaikan Mas’ud Adnan. Terutama tentang kegemarannya untuk sedekah.  

“Sedekah bagi saya suatu kebutuhan,” tegasnya. Menyitir sejumlah Hadits, Kiai Asep menegaskan bahwa sedekah itu tidak akan mengurangi harta atau rezeki yang dilimiki. Sebaliknya justru akan bertambah secara berlimpah.

“Karena itu buku yang kami bagikan tak usah diganti (uang). Begitu juga kami, tak usah diberi uang transport (honor). Uang transportnya saya terima tapi saya berikan kepada panitia,” tegas Kiai Asep yang langsung disambut tawa peserta.

Kiai Asep kemudian memimpin doa. Dalam doanya, diantaranhya Kiai Asep menyebut semoga UTM menjadi perguruan tinggi yang maju dan besar. Bahkan terbesar di antara perguruan tinggi di Indonesia dan dunia

Sebelum acara dimulai, Kiai Asep dan Mas'ud Adnan sempat ditemui Rektor UTM Muh Syarif ruang kerjanya di lantai 5 Rektorat UTM. Di ruang yang cukup luas itu Rektor UTM sudah menyiapkan makan siang. 

Muh Syarif bahkan sempat menunjukkan lukisan Pangeran Trunojoyo,  karya penyair kondang asal Sumenep Madura, D Zawawi Imron. Tapi ada yang nyeletuk. 

"Wajahnya kayak Pak Mas'ud," katanya disambut tawa para tokoh dalam ruangan rektor itu. (MMA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO