Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu

Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu Dahlan Iskan. Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tulisan Dahlan Iskan – akrab dipanggil Abah Dahlan di kalangan wartawan – selalu menarik. Tokoh pers nasional yang sempat jadi Menteri BUMN itu selalu bloko suto. Apa adanya. Otomatis beliau punya tingkat kejujuran. Dalam berpendapat. Baik lewat tulisan maupun lisan.

Yang juga menarik, gaya tulisannya persis cara bicaranya: ceplas ceplos.

Kali ini Abah Dahlan membahas soal yang menyebabkan .

“Pemilu sudah lama berlalu tetapi ekonomi belum menentu. Pelaku ekonomi masih terus dalam status wait and see,” tulisnya di Disway.

Menurut beliau, wait and see itu sudah dimulai sejak tahun baru: alasan mereka tunggu Pemilu. Ricuh atau tidak. Lalu lihat dulu siapa yang menang.

“Setelah Pemilu berlangsung dan akan ternyata masih juga wait and see. Tunggu pelantikan presiden baru. Waktunya masih lama. Wait and see-nya juga ikut berlarut-larut,” tulisnya lagi.

Benar juga ya. Wait and see-nya gak selesai-selesai.

“Setelah pelantikan kelak pun masih ada tambahan waktu wait and see: tunggu seperti apa susunan kabinetnya. Kabinet dagang sapi atau kabinet meritokrasi,” tulis Abah Dahlan lagi.

Abah Dahlan seolah menggerutu. Karena waktu wait and see-pun juga gak jelas.

“Kalau kabinetnya gabungan dua kutub itu maka, wait and see: siapa yang pegang posisi-posisi kunci. Orang partai atau professional,” tulis wartawan produktif yang kaya wawasan ekonomi itu.

Bahkan, tulis Abah Dahlan, setelah susunan kabinet diumumkan pun masih perlu wait and see lagi: tunggu 100 hari pemerintahan, ada tanda-tanda bisa bekerja atau hanya sibuk urus kepentingan bisnis yang lagi berkuasa.

Sampai di sini Abah Dahlan membandingkan dengan situasi politik di Inggris.

“Kita iri melihat Inggris. Tanggal 4 Juli Pemilu, tanggal 5 Juli pemerintahan baru terbentuk. Langsung bekerja,” tuturnya.

Menurut Abah Dahlan, perdana menteri Inggris yang baru, Keir Starmer, langsung mengumumkan susunan menteri: 13 laki-laki, 13 perempuan.

“Tentu semua dari Partai Buruh, sebagai pemenang Pemilu 2024,” tulisnya kemudian.

Tampaknya dalam kalimat ini ada penekanan. Hanya partai pemenang pemilu yang patut duduk di kabinet. Kubu yang kalah sebaiknya berada di luar cabinet. Setidaknya, ini tafsir saya terhadap tulisan tersebut.

Abah Dahlan juga menyatakan bahwa PM Keir Starmer adalah perdana menteri Inggris pertama yang secara terbuka mengatakan dirinya tidak bertuhan. Tidak beragama.

“Dia juga seorang pescetarianism, yakni satu kelas di atas vegetarian. Kata itu gabungan antara pesce dan vegetarian,” tulisnya.

Abah Dahlan kemudian menjelaskan bahwa pesce artinya ikan. Jadi, pemimpin baru Inggris itu hanya makan sayuran dengan sumber protein hanya dari ikan. Dia tidak makan daging apa pun.

“Karena tidak beragama maka pengambilan sumpahnya diganti dengan pernyataan pengabdian yang kalimatnya dipilih yang tidak ada “bau” Tuhannya,” katanya.

Abah Dahlan melanjutkan, seminggu kemudian parlemen baru sudah mulai bersidang: pemilihan ketua DPR.

“Proses politik itu begitu cepatnya. Meski wait and see adalah kata-kata dalam bahasa Inggris tetapi Inggris tidak menggunakannya,” tulis Abah Dahlan kocak. Benar juga ya.

Proses politik tidak sampai mengorbankan ekonomi.

Abah Dahlan juga membandingkan negara kita dengan negara yang dianggap belum maju seperti Iran. Menurut beliah, putaran kedua Pilpresnya pun sudah bisa dilangsungkan seminggu setelah Pilpres putaran pertama.

Lah, kita? “Sudah lima kali kita Pemilu dengan masa wait and see yang masih sama. Apakah lima kali Pemilu belum cukup untuk jadi bahan pelajaran? Begitu dungukah kita sehingga sudah belajar 25 tahun belum juga naik kelas?,” tanya Abah Dahlan menohok.

Tulisan Abah Dahlan ini penuh sarkastis. Termasuk saat beliau yang mengungkap PM Keir Starmer tak beragama. Tafsir saya Abah Dahlan mempertanyakan, jika PM Keir Starmer yang tak ber-Tuhan dan tak beragama saja bisa, kenapa kita yang beragama malah tak bisa? 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO