BANYUWANGI, BANGAONLINE.com-Polusi yang timbul dari limbah air bekas pembuatan tahu, menjadi perhatian dua pelajar asal SMA Negeri 1 Purwoharjo, Banyuwangi. Ini untuk menjernihkannya.
Kemudian keduanya membuat serbuk yang bisa menetralisir dan mengurangi kadar polutan limbah air tahu dengan menggunakan bahan alam, yakni biji buah kelor dan kulit pisang kepok. Kedua siswa itu adalah Alif Alfian Surur, kelas XII, dan adik kelasnya, M. Yogie Hendrawan.
Baca Juga: Launching Majapahit's Warrior Underwater, Pj Gubernur Jatim Sampai Ikut Nyelam Letakkan Patung
“Saat bermain di rumah paman yang jadi pengusaha tahu, saya dengar banyak tetangga yang mengeluhkan bau limbahnya,” ungkap Alif. “Di dekat sekolah juga ada. Baunya kadang sampai juga ke dalam kelas,” imbuh Yogi.
Kemudian ditelitilah masalah tersebut oleh kedua pelajar itu. Limbah tahu ternyata cukup menjadi permasalahan yang kompleks dalam pencemaran air bersih. Data Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan, tiap harinya limbah air tahu yang diproduksi bisa mencapai 1.000 hingga 4.000 liter/hari.
“Bisa dibayangkan betapa banyaknya jika diakumulasi dalam waktu satu tahun,” pekik Yogie. Dari permasalahan tersebut, kedua pelajar yang tergabung dalam ektrakulikuler karya tulis ilmiah di sekolahnya itu, lalu melakukan studi pustaka dan serangkaian eksperimen.
Baca Juga: Ditpolairud Polda Jatim Amankan Dua Pelaku Jual Beli Benih Lobster Ilegal di Banyuwangi
Alif mengungkapkan, bahwa dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Leicester, Inggris, ada sebuah penelitian tentang biji kelor (Moringa oliefera) yang bisa membunuh bakteri Escherichia coli. “Dari situ, akhirnya kami berpikir untuk menerapkannya dalam limbah tahu,” sebut Alif.
Bukan itu saja. Dengan dibimbing guru biologinya, Alif dan Yogie yang asal Kecamatan Cluring ini juga memadukannya dengan ekstrak kulit pisang kepok (Musa acuminata bilbisiana coli). Dipilih kulit pisang kepok karena memiliki kandungan Asam Karboksilat yang paling tinggi.
“Di samping itu, kita juga banyak temui pedagang pisang goreng. Dimana tumpukan kulit pisangnya hanya menjadi sampah, limbah, yang tidak dimanfaatkan. Jadi ada double manfaatnya,” papar Alif.
Baca Juga: Tim BPBD Lumajang Juara Umum dalam Semarak Gelar Peralatan se-Jatim, Ini Lima Arahan BNPB
Kemudian, Alif dan Yogie mengekstrak biji kelor dan kulit pisang kepok tersebut menjadi serbuk. Dengan menggunakan metode koagulasi/flokulasi, serbuk tersebut dilarutkan ke dalam air limbah tahu.
“Untuk hasil yang maksimal, satu liter limbah air tahu bisa jernih hanya dengan satu gram serbuk (biji kelor dan kulit pisang kepok),” imbuh Alif. Kemudian, setelah serbuk tersebut dilarutkan ke dalam limbah air tahu, diaduk terlebih dahulu hingga 15 menit.
“Setelah itu, dibiarkan hingga sekitar empat jam. Setelah itu, limbah akan mengendap dan air kembali jernih. Sehingga aman jika untuk dibuang kembali ke sungai dan tidak mengakibatkan bau lagi,” terang Yogie.
Baca Juga: Rumah di Banyuwangi Rusak Usai Diterjang Hujan Deras dan Tertimpa Pohon
Tak ayal, karya kedua siswa tersebut berhasil meraih prestasi. Dalam lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Lingkungan dalam rangka Homecoming day 35 tahun untuk pelajar SMP dan SMA, karya mereka menggondol dua penghargaan. “Alhamdulillah, karya kami mendapatkan penghargaan sebagai pameran terbaik dan juga poster terbaik,” cetus Yogie.
Namun, tutur Alif, penelitian yang dilakukan selama satu bulan lebih itu, tidak semata untuk memenangkan perlombaan saja. “Yang terpenting dari penelitian ini adalah agar kami lebih peka terhadap permasalahan lingkungan,” cetusnya.
Ke depannya, keduanya juga akan melakukan serangkaian penelitian lanjutan. Di antaranya adalah mengelola endapan hasil penetralisiran limbah air tahu tersebut. “Kita akan terus mengembangkannya,” ungkap keduanya. (bw1/dur)
Baca Juga: Diduga Mabuk Sopir Truk Fuso Tabrak Pagar Masjid Ikon di Banyuwangi, 3 Motor Rusak Parah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News