Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Al-Isra': 24
وَاخْفِضْلَهُمَاجَنَاحَالذُّلِّمِنَالرَّحْمَةِوَقُلْرَّبِّارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيٰنِيْصَغِيْرًاۗ
Waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan
Dan rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
TAFSIR AKTUAL:
Sesungguhnya pesan ayat ini sambungan dari ayat sebelumnya, yaitu tentang berbakti kepada kedua orang tua. Agar mereka sangat legowo dan terus-menerus dalam kelegowoan, maka tidak boleh ada tindakan yang bisa membuat mereka kecewa sekecil apapun. Disebutkan, berkata "uff" saja tak boleh. Uff adalah bunyi, suara "pyek" bukan kata-kata yang terangkai dari huruf-huruf, meski tidak bertata bahasa, tapi bisa dimengerti maksudnya, yaitu nada keengganan, gelagat keberatan, atau ekspresi ketidak-ikhlasan.