Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag
58. wa-in min qaryatin illaa nahnu muhlikuuhaa qabla yawmi alqiyaamati aw mu’adzdzibuuhaa ‘adzaaban syadiidan kaana dzaalika fii alkitaabi masthuuraan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).
TAFSIR AKTUAL
Memang semua akan dibinasakan total sebelum hari kiamat datang. Begitu pernyataan ayat studi ini (58). Lalu, apa tidak kasihan orang beriman yang hidup di akhir zaman itu? Jawabnya, orang yang beriman diperlakukan baik oleh Allah SWT dengan diwafatkan terlebih dahulu seperti kematian pada umumnya. Setelah tidak ada lagi yang beriman, baru Tuhan turun menghajar nonmuslim dengan azab dan bencana.
Ayat ini menyiratkan adanya perilaku bijak dari Tuhan, bahwa pada akhirnya tetap ada beda antara sikap terhadap hamba-Nya yang beriman dengan yang tidak. Hal mana sebelumnya, Tuhan selalu memakai sifat "rahman", selalu menebar rahmat kepada semua titah, lintas apa-apa.
Sifat Tuhan ini seharusnya sedikit-sedikit dimiliki oleh penguasa, pemerintah kita, mengingat negeri ini berpenduduk mayoritas muslim. Lihat, bagaimana dunia telah ramai membicarakan nasib kaum muslimin etnis Uyghur di Xin Jiang China. Lebih dari sepuluh juta diperlakukan sangat diskriminatif, dari sisi agama, sosial, hingga ekonomi.
Mereka dimasukkan dalam kamp besar dan dijaga ketat oleh tentara bersenjata. Dipaksa murtad, harus mengingkari Allah, harus mengingkari nabi Muhammad, harus mengingkari al-Qur'an, dan seterusnya. Maunya harus patuh pada ajaran komunis. Jika menolak, maka siksaan makin bertambah berat.