Sesuai Permendag, ​Bulog Kediri Siap Beli Gabah dan Beras dari Petani

Sesuai Permendag, ​Bulog Kediri Siap Beli Gabah dan Beras dari Petani Kepala Bulog Cabang Kediri Mara Kamin Siregar didampingi Wakil Kepala Bulog Kediri Estu Rahmatingtyas. (foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Petani di Kabupaten Kediri saat ini sedang resah dan bingung, karena setelah panen raya, ternyata hasil panennya ditolak oleh Bulog dengan alasan gabahnya ada yang masih hijau alias masih muda. Padahal saat memanen, petani sudah melakukan sesuai arahan petugas lapangan dan sudah sesuai jadwal panen. Akibatnya, puluhan ton gabah kering milik petani saat ini, nasibnya tak menentu.

Suyitno (48), Ketua Kelompok Tani Waru-Waru Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri menjelaskan bahwa setelah panen, petani sudah mencoba menjual gabah hasil panen tahun ini ke Bulog. Akan tetapi, ditolak oleh Bulog dengan alasan masih ada gabah hijau.

Karena ditolak Bulog, lanjut Suyitno, maka pihaknya akan menyimpan gabah tersebut sampai harga gabah kering naik. Karena harga gabah di pasaran sendiri juga sedang jatuh, yakni hanya berkisar antara Rp3.000-4.300 per kg.

"Di Desa Paron saja, ada tiga kelompok tani. Masing-masing kelompok tani jumlah anggota 30-35 orang dan rata-rata setiap kelompok mengelola sekitar 40 hektare lahan," kata Suyitno, Senin (22/3/2021).

(Suyitno, petani asal Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri saat menunjukkan gabah yang ditolak Bulog)

Sementara itu, Kepala Bulog Cabang Kediri Mara Kamin Siregar didampingi Wakil Kepala Estu Rahmatingtyas saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa Perum Bulog Cabang Kediri pada intinya siap melakukan serapan gabah dan beras untuk cadangan beras pemerintah.

"Perum Bulog Kantor Cabang Kediri siap mengoptimalkan penyerapan gabah dan beras petani pada masa panen raya tahun ini guna meningkatkan cadangan beras pemerintah (CBP)," kata Mara Kamin Siregar di kantornya, Senin (22/3/2021).

Menurut Mara Kamin, sesuai Permendag No. 24 Tahun 2020, HPP untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan Rp4.200 per kg dan di tingkat penggilingan Rp4.250 per kg. Sedangkan HPP untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.250 per kg dan di gudang Bulog Rp5.300 per kg, sedangkan beras di gudang Bulog Rp8.300 per kg.

"Untuk kualitas GKP ditentukan kadar air maksimal 25% dan hampa kotoran sebesar maksimal 10%, sedangkan untuk kualitas GKG ditentukan kadar air maksimal 14% dan hampa kotoran sebesar maksimal 3%. Untuk kualitas beras medium ditentukan kadar air maksimal 14%, derajat sosoh minimal 95%, butir patah maksimal 20% dan menir maksimal 2%," terang Mara Kamin.

Dari hasil pengamatan di lapangan, lanjut Mara Kamin, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat ini adalah di kisaran harga Rp3.800 s/d Rp4.100 per kg, dan Perum Bulog telah proaktif melakukan serapan di wilayah kerja Kantor Cabang Kediri yaitu Kota Kediri, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Nganjuk.

Menurut Mara Kamin, dari target pengadaan gabah tahun 2021 sebesar 10.794.027 kg dan pengadaan beras sebesar 19.737.966 kg, di awal masa panen ini, telah terealisasi sebesar 153.550 kg untuk pengadaan gabah dan sebesar 578.200 kg untuk pengadaan beras. Perum Bulog Kantor Cabang Kediri berkomitmen untuk mengoptimalkan serapan gabah dan beras di tingkat petani.

"Kami rutin melakukan monitoring di lapangan dalam rangka penyerapan gabah dan beras sesuai Permendag No. 24 Tahun 2020," imbuh Mara Kamin Siregar.

Ditambahkan oleh Mara Kamin, pengadaan gabah dan beras dilaksanakan melalui mitra, penggilingan, gapoktan di wilayah kerja Kancab Kediri ataupun melakukan pembelian melalui satker yang terjun langsung ke lapangan dalam melakukan serapan.

Masih menurut Mara Kamin, rusaknya kualitas gabah/beras petani itu, salah satunya memang akibat curah hujan tinggi. Maka dari itu, saat proses panen sampai mau mengirim ke Bulog harus melalui proses yang benar, sehingga kualitas gabah/beras ketika masuk ke gudang Bulog sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

"Setiap hari harus menolak gabah/beras sekitar 40 ton, karena kualitasnya memang tidak sesuai dengan yang ditetapkan," ujar Mara Kamin. (uji/zar)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO