Pilih Mana, Tarawih-Witir 11 Rakaat Ikut Albani atau 23 Rakaat Ikut Umar Bin Khattab
Editor: MMA
Minggu, 03 April 2022 12:43 WIB
Oleh: Mukhlas Syarkun --- Jika merujuk kitab Kutubus Sittah, Salat Tarawih sesungguhnya masuk katagori qiyamul lail (salat malam) yang mendapat perhatian khusus Nabi Muhammad saat Ramadan. Beliau melaksanakan qiyamul lail di masjid. Dengan surat panjang. Tapi sendirian, tidak berjamaah.
Namun Nabi kadang juga melaksanakan qiyamul lail di rumah. Juga dengan surat panjang. Juga sendirian.
BACA JUGA:
Puluhan Kiai dan Gawagis di Kabupaten Kediri Deklarasi Dukung Dhito-Dewi
Maulid Nabi Bersama Puluhan Ribu Muslimat di Pasuruan, Khofifah Ajak Teladani Akhlaq Rasulullah
Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa
Kick Off Hari Santri Nasional di Pamekasan, Khofifah Beberkan Peran NU untuk Kemerdekaan Indonesia
Nabi kadang juga melaksanakan qiyamul lail di masjid tapi dilanjutkan lagi di rumah. Juga dengan surat yang panjang. Tapi lagi-lagi sendirian, tidak berjamaah.
Berapa rakaat? Ini yang menarik. Nabi melaksanakan qiyamul lail atau salat malam dengan rakaat yang bervariasi. Jadi Nabi tak pernah menentukan berapa rakaatnya.
Pasca Nabi wafat, para sahabat meneruskan secara sendiri-sendiri, sebagaimana dicontohkan Nabi.
Namun ketika Umar bin Khattab diangkat sebagai Khalifah, ia mulai berpikir untuk melembagakan Salat Tarawih. Khalifah yang terkenal sangat adil dan pemberani itu membuat formasi Salat Tarawih 20 rakaat. Tapi dengan surat-surat pendek.
Tampaknya Umar ambil jalan tengah. Jika pada era Nabi dan khalifah sebelumnya pakai surat panjang-panjang, maka pada era Umar pakai pakai surat pendek. Tapi 20 rakaat.
“Hadza bid’atun hasanah,” kata Umar bin Khattab. Artinya, inilah bid’ah yang baik.
Tapi formasi Salat Tarawih era Khalifah Umar bin Khattab itu berubah ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dikenal sukses menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya – sampai tak ada satu pun manusia dan binatang kelaparan - mengubah formasi Salat Tarawih menjadi 36 rakaat. Sayang, Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya berkuasa sekitar 2,5 tahun.
Namun dalam sejarah Islam kita melihat bahwa mayoritas imam madzhab mengikuti formasi Salat Tarawih Khalifah Umar bin Khattab. Yaitu Salat Tarawih 20 rakaat.
Meski demikian, kemudian juga muncul formasi Salat Tarawih baru yang dikembangkan Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Al Albani yang populer dengan Albani. Ulama ahli Hadits ini membuat Salat Tarawih 11 rakaat (sekalian witirnya).
Formasi Salat Tarawih versi Albani ini ada dua model. Yaitu 2 2 2 2, 3 dan 4 4 3. Maksudnya, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, lalu 3 rakaat. Jumlahnya 11 rakaat. Model berikutnya, 4 rakaat, 4 rakaat, lalu 3 rakaat.
Albani adalah ulama Hadits yang banyak menjadi rujukan penganut Wahhabi. Tokoh Salafy ini sangat berpengaruh di Suriah.
Walhasil, dalam sejarah Islam terjadi dinamika formasi Salat Tarawih yang kemudian memiliki pengikut masing-masing. Di Indonesia, umat Islam juga bervariasi. NU Salat Tarawih 20 rakaat plus witir 3 rakaat (dua kali salam). Berarti sama dengan ijtihad Khalifah Umar bin Khattab.
Sedang Muhammadiyah Salat Tarawih 11 rakaat (sekalian witir). Berarti Muhammadiyah menganut atau mengikuti Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Al Albani. Atau paling tidak, sepaham dengan Albani. Meski demikian, Muhammadiyah mengklaim bahwa 11 rakaat itu adalah contoh dari Nabi Muhammad.
Simak berita selengkapnya ...