Pilih Mana, Tarawih-Witir 11 Rakaat Ikut Albani atau 23 Rakaat Ikut Umar Bin Khattab
Editor: MMA
Minggu, 03 April 2022 12:43 WIB
Sejatinya, Ahmad Dahlan, pendiri Muhammdiyah Salat Tarawih 20 rakaat. Itu tertulis dalam Kitab Tauhid, Fiqh dan Tasawuf karangan Ahmad Dahlan. Bahkan banyak saksi sejarah yang mengatakan bahwa Ahmad Dahlan melakukan Salat Tarawih 20 rakaat di Masjid Syuhada Yogyakarta. Tapi tokoh-tokoh Muhammadiyah menyatakan bahwa Muhammadiyah bukan Dahlaniyah.
(Ahmad Dahlan, pendiri persyarikatan Muhammadiyah. foto: net)
Jadi ada perbedaan antara Muhammadiyah lama dan Muhammadiyah baru. Di NU juga begitu. Ada NU lama. Ada NU baru.
Tak percaya? Saya kutip anekdot Gus Dur ketika diundang buka bersama Presiden Soeharto. Saat itu Soeharto minta Gus Dur menjadi imam Salat Tarawih. Tapi karena masih punya acara lain, Gus Dur mewakilkan pada Kiai Asrori untuk menggantikan.
Nah, sebelum pamit, Gus Dur nawari Pak Harto jumlah rakaat salat tarawih, apakah mau mengikuti NU lama atau NU baru. Pak Harto kaget.
“Memang, kalau NU lama jumlah rakaatnya berapa,” tanya Soeharto.
“Kalau NU lama jumlah rakaat tarawih dan witirnya 23 rakaat,” jelas Gus Dur.
“Kalau NU baru?,” tanya Soeharto.
“Kalau NU yang baru diskon 60 persen. Tarawih dan witirnya hanya 11 rakaat,” kata Gus Dur. Pak Harto tertawa. Ia pilih yang 11 rakaat karena pinggangnya sakit.
(KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). foto: Setneg)
Demikianlah, bedanya orang Muhammdiyah baru dengan NU baru. Muhammadiyah baru meyakini 11 rakaat itu contoh dari Nabi Muhammad, padahal itu formasi Albani. Sementara NU anyaran menjalani 11 rakaat karena ambil paket diskon 60 persen, daripada tidak salat tarawih.
Lumayan masih dapat 40 persen, bukankah demikian???
Mukhlas Syarkun adalah alumnus Malaya University Malaysia jurusan Syariah. Kini banyak menulis buku.