Tahlilan Lim Xiao Ming atau Herman Halim, Lim Qing Hai Pintar Bahasa Arab | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tahlilan Lim Xiao Ming atau Herman Halim, Lim Qing Hai Pintar Bahasa Arab

Editor: MMA
Minggu, 21 Agustus 2022 08:50 WIB

Dahlan Iskan

Akhirnya jenazah dibawa ke Jakarta. Dimakamkan di Jakarta.

Untuk teman-teman Surabaya bisa melayat ke rumah duka. Masjid Cheng Ho telah ditetapkan sebagai rumah duka almarhum. Bambang Suyanto (柳民源 /Liu Min Yuan), pengusaha besar yang juga pendiri masjid Cheng Ho sebagai tuan rumah. Karangan bunga memenuhi kawasan masjid itu. Peziarah juga antre mengucapkan kata duka. Saya telat datang dari Samarinda.

Saya baru bertemu Andrew saat ketujuh hari Jumat malam kemarin. Ia benar-benar masih sulit berbahasa Indonesia. Sejak umur 6 tahun Andrew sudah di Australia. Bersama kakak-kakak dan mamanya. Ia tumbuh menjadi anak-anak di Perth.

"Di sana saya jadi anak nakal," katanya lantas tertawa. Ia begitu sering membolos sekolah. Sampai dikeluarkan dari SMA.

Ia memang selalu berangkat dari rumah mengenakan seragam sekolah. Tapi sering turun dari bus di halte sebelumnya. Untuk pindah bus jurusan mal.

Andrew tidak mau lama-lama di halte bus. Takut ditangkap polisi. Pada jam sekolah kok masih berkeliaran. Maka ia sering menyeberang jalan dulu. Mondar-mandir di pinggir jalan, menghabiskan waktu.

Suatu hari Andrew dipanggil seorang pemilik rumah di dekat jalan itu. "Sini, masuk, main-main di rumah sini," ujar sang bapak. Tidak ada nada marah. Tidak terlihat menegur. Tidak pula mencela apa pun. Andrew merasa nyaman.

Andrew masih SMA berumur 15 tahun saat itu.

Tuan rumah juga punya anak sebaya. Lalu berteman. Menjadi satu SMA. Rumah itulah yang mengubah Andrew. Pemiliknya orang dari Sulawesi Selatan. Orang Bugis. Banyak remaja lain juga suka main di rumah itu. Dari berbagai bangsa. Hanya Andrew yang Tionghoa –tapi ia sama sekali tidak merasa dibedakan. Bahkan ketika tiba waktunya salat banyak yang berhenti main. Untuk salat. Tanpa ada yang berusaha mengajak Andrew salat. Mereka tahu Andrew bukan Islam. Juga beberapa teman lainnya. Setelah selesai salat semua bergabung lagi. Pesta-pesta lagi.

Setahun kemudian, di umur 16 tahun, Andrew memberi tahu temannya: ingin menjadi mualaf. Ia pun mengucapkan kalimat syahadat di satu masjid di Perth.

Ayahnya diberi tahu. Tidak mempersoalkan. "Beberapa tahun kemudian saya ditelepon papa. Papa juga jadi mualaf," ujar Andrew. "Kapan, pa?" tanya Andrew. "Jumat kemarin," jawab sang papa.

Andrew Lim pun tamat SMA. Dengan baik. Lalu kuliah. Ambil accounting. Ia masuk komunitas Muslim. Maka ia tahu pada suatu hari ada acara ''wanita Australia, kulit putih, mahasiswi, jadi mualaf''. Andrew hadir di acara itu. Ia kenal wanita itu.

"Seminggu kemudian dia mengajak saya menikah," ujar Andrew. Jadilah Andrew beristri wanita Australia. Mereka lantas sepakat mendalami Islam. Di Malaysia. Selama 1,5 tahun.

Kini Andrew Lim tinggal di Arab Saudi. Di Jeddah. Ia menjadi eksekutif di Islamic Development Bank (IDB). Sudah hampir 10 tahun di sana.

Apakah pernah bertemu lagi dengan orang Sulsel di Perth itu? "Pernah. Terakhir tiga tahun lalu. Bertemunya kebetulan. Sama-sama sedang di bawah Clock Tower di Makkah," ujar Andrew.

Di Arab Saudi, Andrew dipanggil dengan nama Abdurrahim.

Maka nama Lim Qing Hai hidup berdampingan dengan nama Andrew Lim. Tapi di paspornya tertulis Andrew Abdurrahim. Rupanya, setelah jadi mualaf ia memilih memakai nama itu. Idenya dari nama penyanyi rap terkenal Amerika: Rahem. Tinggal ditambah Abdur.

"Apakah anak-anak Anda masih punya nama Tionghoa?" tanya saya.

"Masih. Harus," jawabnya. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video