Di Rakernas LP Ma'arif NU, Gubernur Khofifah Paparkan 4 Poin Tantangan Dunia Pendidikan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Di Rakernas LP Ma'arif NU, Gubernur Khofifah Paparkan 4 Poin Tantangan Dunia Pendidikan

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Senin, 29 Agustus 2022 20:03 WIB

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Inagurasi dan Penutupan Rakernas LP Ma’arif NU PBNU di Kendedes, Kota Batu, Minggu (28/9) malam.

KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU untuk melakukan percepatan adaptasi dan inovasi menjawab tantangan global. Sebab, jika NU secara makro ingin memajukan peradaban dunia, maka pintu masuk utamanya adalah melalui pendidikan.

Menurut Khofifah, ada empat poin penting tantangan dunia pendidikan yang perlu diperhatikan lembaga pendidikan, termasuk LP Ma'arif NU.

“Untuk menjawab tantangan pendidikan dunia, maka kualitas pendidikan kita harus dijalankan dengan mengikuti standar kualitas pendidikan internasional. Dan setidaknya terdapat empat poin yang harus betul-betul diperhatikan,” terangnya pada acara Inagurasi dan Penutupan Rakernas LP Ma’arif NU PBNU di Kendedes, Kota Batu, Minggu (28/9) malam.

Pertama, yakni adanya yang menuntut inovasi dalam penyelenggaraan tata kelola maupun proses belajar mengajar untuk percepatan adaptasi. Kata dia, inovasi menjadi kata kunci karena perubahan yang terjadi saat ini, menuntut adanya percepatan untuk bisa beradaptasi dengan dinamika perkembangan zaman.

"Jadi, berbagai inovasi harus terus kita lakukan di berbagai bidang guna menjawab tantangan yang mendisrupsi banyak sektor saat ini," tegasnya.

Tantangan kedua, yaitu . Sehingga standar kualitas sekolah tidak hanya diukur dalam skala lokal atau nasional, tapi dalam skala global. Sehingga, kualitas pendidikan termasuk LP Ma'arif harus dijalankan mengikuti standar internasional.

Tantangan ketiga, yaitu era media sosial. Khofifah mengungkapkan, harapan dan tuntutan masyarakat semakin tinggi dan makin mudah diketahui secara luas. Sebagai bagian dari wujud kesadaran masyarakat untuk mencerdaskan putra-putrinya.

Untuk itu, lembaga pendidikan juga harus memanfaatkan media sosial sebagai sarana perkuat komunikasi dan jejaring, termasuk promosi atas prestasi yang dicapai. Karena di era saat ini insan pendidikan juga harus open mind dan manfaatkan media sosial sebaik mungkin untuk fungsi belajar dan syiar.

“Sangat banyak keunggulan komparatif dan kompetitif, namun kurang di-published. Ini penting, karena jika tidak disyiarkan, akan kalah dengan derasnya arus informasi di media sosial dan media mainstream. Prestasi untuk dijadikan referensi bagi yang lain patut disyiarkan,” sebutnya.

“Jadi kalau sudah menemukan best practice, segeralah dikaji untuk ditumbuhkembangkan. Agar jadi contoh lembaga pendidikan lain di bawah LP Ma’arif NU lainnya di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Sedangkan tantangan keempat adalah era gig economy. Menurutnya, ada kecenderungan generasi milenial dengan profesi tertentu untuk menjadi pekerja temporer yang lebih fleksibel dan tidak terikat dengan perusaahan tertentu. Ia menyarankan agar tren ini diperkenalkan kepada SMA/SMK di lingkungan Ma’arif.

“Banyak millenial dengan keterampilan spesifik seperti fotografer, programer, dan keterampilan spesifik lainnya yang bekerja secara profesional, namun dalam jangka waktu pendek. Jadi misalnya kontrak 6 bulan lalu pindah ke korporasi lainnya itu dianggap sudah cukup. Ini bukan kutu loncat. Tapi 6 bulan adalah waktu yang cukup bagi mereka untuk terus mengembangkan karya kreatif dan inovatifnya,” ungkapya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Harian PBNU ini juga mengajak para PW dan PC Ma’arif yang hadir untuk mengembangkan people center developement dengan tidak mengesampingkan unsur IT di dalamnya.

Sementara pada pengembangan teknologi pendidikan, bidang artificial intelligence tidak bisa dikesampingkan. Ia mengatakan, di Jatim sudah ada beberapa SMK yang memiliki kerja sama dengan korporasi skala multinasional.

“Ada contoh SMK dalam naungan LP Ma'arif di Blitar dan Sidoarjo yang memiliki berbagai alat pelatihan keterampilan yang sangat canggih untuk pendidikan SMK. SMK ini bisa dijadikan model bagi SMK dalam naungan Ma'arif di Indonesia. Tentu yang lainnya juga banyak. Saya rasa, jika para peserta rakernas bisa melihat langsung ke sana akan sangat menginspirasi,” kata Khofifah.

“Yang harus dilihat adalah bagaimana sekolah ini dilirik oleh korporasi multinasional dan dipercayab sebagai mitra sehingga memiliki teaching industry,” imbuhnya. (dev/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video