Santri di Thailand Sulit Kerja, Santri Indonesia Jadi Tokoh Nasional, Laporan dari Bangkok (5) | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Santri di Thailand Sulit Kerja, Santri Indonesia Jadi Tokoh Nasional, Laporan dari Bangkok (5)

Editor: MMA
Senin, 04 September 2023 13:45 WIB

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan Prof Nopraenue Sajjarax Dhirathiti, Vice President Mahidol University saling tukar cindera mata di ruang rektorat Universitas Mahidol di Bangkok Thailand, Senin (21/8/2023). Foto: bangsaonline.

Persepsi negatif itu masih ditambah dengan aksi-aksi radikalisme dan terorisme kelompok Islam aliran keras. Menurut Zamal, mereka – termasuk Prof Nopraenue Sajjarax- juga terpengaruh oleh buku Clash of Civilization karangan Samuel Huntington, seorang ilmuwan politik Universitas Harvard Amerika Serikat. Buku itu menceritakan tentang teori bahwa identitas agama dan budaya seseorang akan menjadi sumber konflik utama dunia pasca perang dingin.

Pandangan sempit itu kemudian dikaitkan dengan munculnya teroris di di beberapa negara. Maka lengkapkah stigma negatif dalam atmosfir pikiran mereka.

Catatan BANGSAONLINE, memang beda antara alumni Pesantren di Thailand dan Indonesia. Maklum, di Thailand pesantren relatif baru. Sedang di Indonesia keberadaan pesantren justru lebih dulu dari pada Indonesia merdeka. Bahkan pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

Karena itu lulusannya juga berbeda. Jika lulusan pesantren di Thailand mungkin banyak yang menganggur karena sulitan cari kerja. Maka lulusan pesantren di Indonesia justru banyak yang jadi pemimpin negara dan nasional.

“Bahkan alumni pesantren di Indonesia ada yang jadi presiden, yaitu Gus Dur atau Kiai Abdurrahman Wahhid , dan wakil presiden, yaitu Kiai Ma’ruf Amin yang menjabat wakil presiden sekarang. Apalagi yang jadi menteri , gubernur, bupati, wali kota. Sudah tak terhitung jumlahnya,” kata M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.

"Belum lagi yang memilih profesi lain, konglomerat, jurnalis, entrepreneur, dosen, ulama, intelektual dan lainnya," tambahnya. 

Bahkan pesantren di Indonesia kini menjadi lembaga pendidikan favorit bagi para orang tua. Karena selain mengajarkan berbagai macam ilmu dan sain untuk mengisi otak juga mengajarkan spiritualitas untuk mengisi hati. Sehingga membangun manusia imbang dan berkarakter secara lahir batin.

Karena itu, menurut Dr Zamal Naution, Prof Nopraenue Sajjarax heran ketika bertemu dengan Prof Kiai Asep yang punya pondok pesantren modern dan moderat dengan puluhan ribu santri. Apalagi santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah merupakan representasi anak-anak masyarakat kelas menengah. Otomatis secara ekonomi juga sejahtera. Artinya, tidak seperti fenomena Islam di Thailand selatan.

“Prof Nopraenue ingin mendalami dan ingin tahu lebih jauh,” kata Zamal Nasution. Rencananya tanggal 20 September Prof Nopraenue Sajjarax akan berkunjung ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Yaitu pesantren yang didirikan dan diasuh Kiai Asep Saifuddin Chalim.

Tampaknya kunjungan Kiai Asep ke akan mengubah persepsi dan maindset mereka terhadap Islam. Apalagi Islam yang berkembang di pesantren Indonesia adalah Islam moderat dan rahmatan lil'alamin sesuai ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). (m.mas'ud adnan/bersambung)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video