Pj Wali Kota Kediri Beri Arahan Dalam FGD Likuiditas Dana Pihak Ketiga
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Muji Harjita
Kamis, 21 Desember 2023 20:43 WIB
KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Penjabat (Pj) Wali Kota Kediri Zanariah memberikan arahan dalam FGD likuiditas dana pihak ketiga bersama OJK, KPwBI, dan pimpinan perbankan di Ruang Kilisuci, Kamis (21/12/2023). Diskusi ini melihat bagaimana pengelolaan keuangan di masyarakat.
"Saat ini di Indonesia, bahkan Kota Kediri, sedang dihadapkan pada kondisi ekonomi yang berbeda bahkan sebelum pandemi. Salah satunya fenomena masyarakat makan dari tabungan dan gaji untuk bayar cicilan," ujarnya.
BACA JUGA:
Ikuti Jalan Sehat dan Senam HUT Bhayangkara, Zanariah: Membangun itu Harus Kompak
Bagi Warga Kota Kediri, Urus SKCK Kini Bisa Dilakukan di MPP
Harga Berbagai Komoditas Turun, Inflasi Kota Kediri Terendah di Jawa Timur Periode Juni 2024
Ukur Capaian Intervensi Serentak Penanganan Stunting, Pemkot Kediri Gelar Monev Bareng TPPS
Zanariah mengungkapkan hasil survei konsumen Bank Indonesia, ada kemerosotan saving to income ratio masyarakat dari 15,7 persen pada Oktober menjadi 15,4 persen di bulan November.
Sebaliknya, proporsi pendapatan konsumen untuk membayar cicilan atau utang alias debt income ratio naik. Pada bulan November jumlah gaji orang Indonesia yang dipakai untuk membayar cicilan ada pada angka 9,3 persen. Angka ini meningkat dari bulan Oktober yang hanya kisaran 8,8 persen.
Kondisi ini berimbas pada likuiditas dana pihak ketiga (DPK) akan mengakibatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang pada akhirnya rasio likuiditas juga akan meningkat.
Dari konsep tersebut, secara tidak langsung mengatakan bahwa pengelolaan DPK yang baik dengan memprioritaskan alat likuid sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan mempengaruhi tingkat likuiditas.
Peningkatan modal juga diikuti dengan pertumbuhan nilai capital adequacy ratio (CAR) sebagai alat untuk mengukur kecukupan modal dalam menjalankan operasionalnya, termasuk untuk mengetahui tingkat kesehatan bank.
"Setelah dicermati, kondisi konsumsi masyarakat yang tinggi hingga menggerus tabungan bisa dipengaruhi efek pasca pandemi. Apabila saat pandemi masyarakat cenderung menahan diri untuk spending, dan lebih memilih saving," papar Zanariah.
"Masyarakat, utamanya kelas menengah dan atas jadi berani spending a lot of money untuk berbelanja, berlibur, nonton konser, hingga investasi saham. Istilahnya setelah tertahan sekian lama masyarakat bisa memuaskan keinginannya," tambahnya.
Simak berita selengkapnya ...