Jelang Ramadhan, Warga Desa Mapper Pamekasan Gelar Tradisi Ngusar | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jelang Ramadhan, Warga Desa Mapper Pamekasan Gelar Tradisi Ngusar

Editor: Arief
Kamis, 07 Maret 2024 20:20 WIB

Sejumlah warga Desa Mapper, Kecamatan Proppo, Pamekasan, menggelar tradisi Ngusar, Kamis (7/3/2024).

PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Sejumlah warga di menggelar atau membersihkan makam leluhur secara bersama-sama.

Tradisi ini, gelar jelang ramadhan dan sudah berlangsung turun-temurun oleh warga , Kecamatan Proppo, , Kamis (7/3/2024).

sendiri, berlangsung di kompleks pemakaman leluhur mereka Buju’ Ajjih.

Sejumlah orang berbondong-bondong dengan membawa peralatan pertanian dan membersihkan komplek pemakaman.

Warga setempat, Nur Holis mengatakan, ini digelar jelang dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang hendak berziarah ke makam leluhur mereka.

“Kalau makamnya sudah bersih, maka ziarahnya akan nyaman dan ibadahnya lebih tenang,” kata Nur Holis, sembari membersihkan makam.

Pria ini mengatakan, ini, juga menjadi mengingatkan manusia yang masih hidup pada kematian.

Dengan demikian, lanjutnya, orang-orang yang masih hidup akan lebih mengingat Sang Penciptanya.

“Tradisi juga bisa menjadi media peringatan kepada yang hidup bahwa akan mati. Maka sebelum mati, rajin-rajinlah beribadah khususnya di bulan di mana semua ibadah pahalanya dilipatgandakan,” tuturnya.

Masyarakat desa setempat masih antusias mengikuti , meskipun dalam keadaan hujan. Selain itu, digelar pada hari Senin atau hari Kamis.

ini kalau tidak dilaksanakan hari Senin, bisa juga hari Kamis. Waktunya setelah shalat Dhuhur selepas warga melaksanakan aktivitas di sawahnya masing-masing,” ujar pemuda lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Malang ini.

Tokoh masyarakat setempat, Suratmo mengatakan, kenapa ini masih lestari. Hal itu, karena keterlibatan anak-anak muda dalam setiap kegiatan .

“Anak-anak muda selalu kami ajak untuk ikut . Tujuannya agar ini masih tetap lestari dan yang muda tidak lupa dengan leluhurnya,” ungkapnya.

Sementara itu, Budayawan Madura, Muhammad Ghozi Mustaba menjelaskan, ini sudah ada sejak Agama Islam masuk ke pulau Madura yang dibawa oleh para tokoh penyebar Islam.

Menurut Ghozi, tak hanya ditandai dengan membersihkan makam dari berbagai kotoran, seperti rumput, duri, namun juga memperbaiki nisan yang rusak, melakukan pengecatan ulang nisan yang pudar.

" bukan hanya kegiatan fisik bersih-bersih lahiriah semata, tapi ada kegiatan lain yang lebih batiniah," ujar Muhammad Ghozi.

Batiniah yang dimaksud oleh Ghozi, seperti pembacaan Al Quran, salawat, Istigasah, dan doa-doa kepada para pendahulunya yang sudah meninggal dunia, dengan harapan, ada timbal baik kebaikan atas kegiatan yang masih hidup.

"Orang meninggal itu sudah tidak punya urusan dengan dunia, tapi orang mati yang soleh diyakini bisa mendoakan orang hidup karena kebaikan yang ia perbuat selama hidupnya. Doa mereka bisa dirasakan yang hidup dengan adanya keberkahan hidup," imbuh Ghozi.

Selain itu, Ghozi mengungkapkan, manusia juga dapat meneladani kabaikan yang pernah diperbuat oleh leluhurnya selama masih hidup.

Adanya hubungan batin itu, bisa mencegah perbuatan buruk bagi generasi keturunan.

"Generasi leluhur itu bisa meniru kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pantang melakukan perbuatan dosa," ungkap Ghozi. (rif)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video