Peringati Kudatuli, Pengurus PDIP Gresik Tabur Bunga di Makam Bambang Ger | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Peringati Kudatuli, Pengurus PDIP Gresik Tabur Bunga di Makam Bambang Ger

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Syuhud
Minggu, 28 Juli 2024 19:03 WIB

Dari kanan, Sekretaris DPC PDIP Gresik Noto Utomo, Ketua Mujid Riduan, dan Bendahara Siti Muafiyah saat tabur bunga di makam Bambang Ger. Foto: Ist.

Ketika itu, kata Muafiyah, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Hamami Nata menginstruksikan DPP PDI di bawah Mega agar segera menghentikan kegiatan mimbar bebas.

Hal serupa juga dilakukan oleh Pangdam Jaya, Mayjen Sutiyoso yang menyebut mimbar bebas itu telah menjadi ajang mencaci maki pemerintah. Mega memang dikenal sebagai oposisi nomor satu di masa orba.

"Waktu itu, kepolisian menganggap kerumunan massa itu menyebabkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat," kenangnya.

Massa pendukung Soerjadi pun mendatangi Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 di pagi hari. Massa PDI pendukung Soerjadi berteriak memaki-maki dan menghujani dengan batu ke pendukung Megawati yang bertahan di kantor DPP PDI.

Mereka juga membakar spanduk-spanduk yang tertancap di sekeliling pagar. Dengan leluasa, massa pendukung Soerjadi menyerbu Kantor DPP PDI karena ratusan aparat kepolisian dan militer memblokir wilayah sekitar.

Akibatnya, Satgas PDI yang jumlahnya kurang dari 100 orang terkepung dan mempertahankan markas sendiri tanpa bantuan dari luar.

Kerusuhan pecah hingga merembet ke luar Kantor DPP PDI. Sejumlah aktivis LSM dan mahasiswa menggelar mimbar bebas di bawah jembatan layang kereta api dekat Stasiun Cikini yang berujung bentrokan antara massa dengan aparat keamanan.

"Kerusuhan itu mengakibatkan 5 orang meninggal, 149 orang luka-luka, dan 23 orang hilang," ungkap Muafiyah.

, suami Muafiyah, merupakan salah satu kader PDI Pro Megawati yang berjuang membela Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum ketika itu. Ia adalah aktivis Pandegiling Surabaya.

"Mas adalah salah satu aktivis Pandegiling Promeg yang melakukan perlawanan atas insiden Kudatuli," terangnya.

Pasca kerusuhan di Jalan Diponegoro tanggal 27 juli 1996, keesokan harinya, Minggu tanggal 28 Juli 1996, Promeg Surabaya melakukan solidaritas perlawanan dengan long march dari Jalan Pandegiling menuju Kebun Binatang Surabaya untuk melakukan orasi mengecam kebiadaban peristiwa Kudatuli.

"Massa Promeg mendapatkan pengawasan begitu ketat dari Polwiltabes Surabaya dan pasukan branjangan setingkat kompi dengan menodongkan moncong bedil yang penuh dengan mesiu," pungkasnya. (hud/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video