Kiai Asep Dijegal, Markas Besar Oelama Djawa Timoer Jadi Museum Nasional Terbengkalai
Editor: MMA
Rabu, 20 November 2019 11:34 WIB
"Tapi ternyata saya dijegal dalam pemilihan ketua PCNU untuk periode kedua," kata Kiai Asep. Akhirnya program besar itu terbengkalai.
"Gak papa. Tapi seharusnya, program saya itu kan diteruskan oleh ketua dan pengurus baru pengganti saya. Kan arsip dan dokumentasi program saya itu pasti ada di PCNU," katanya sembari menuturkan bahwa ketua baru yang terpilih adalah KH Abd Cholid, Ketua Tanfdziyah dan KH Miftahul Achyar, Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya.
Namun, sekali lagi, ia bersyukur telah dijegal sehingga ia gagal menjadi ketua PCNU Kota Surabaya periode kedua. Dengan demikian ia bisa mewujudkan mimpi besarnya, yaitu membangun pondok pesantren bertaraf internasional yang santrinya mencapai 10.000 lebih dari seluruh Indonesia dan luar negeri.
Menurut dia, gagasan besar terwujud tak lepas dari tangan orang besar yang memang ditunjuk oleh Allah SWT. Cuma ia menyayangkan kenapa pengurus baru yang mengganti dirinya kok tidak bisa mewujudkan gagasan-gagasan besar yang sudah ia programkan.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, napak tilas tempat bersejarah Markas Besar Oelama Djawa Timoer yang populer dengan nama MBODT dilakukan PWNU, tiga hari setelah Kiai Asep tandatangan pemindahan hak milik kepada PBNU. MBODT Djawa Timoer dikenal sebagai markas para ulama NU yang berperang melawan penjajah terutama dalam pertempuran 10 November Surabaya. Pada perang inilah Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad.
Kiai Asep membeli MBODT itu awalnya karena diperintah Gus Dur. Saat itu Kiai Asep sedang menjabat sebagai Ketua PCNU Kota Surabaya. Sedang Gus Dur Ketua Umum PBNU.
Menurut Kiai Asep, tak mudah mencari di mana dan siapa yang punya hak milik tempat bersejarah itu. Namun karena perintah dari Gus Dur, maka Kiai Asep bekerja keras menelusuri, mencari gedung dan tanah MBODT itu.
Akhirnya tanah dan gedung MBODT itu ditemukan di Jalan Satria RT 17 RW 03 Kedungrejo Waru Sidoarjo Jawa Timur. Kiai Asep langsung laporan kepada Gus Dur, kalau MBODT sudah ditemukan.
Bagaimana respons Gus Dur? “Yo tukuen…! (Ya dibeli…!),” kata Kiai Asep menirukan perintah Gus Dur sembari tersenyum. Padahal saat itu kondisi ekonomi Kiai Asep belum seperti sekarang.
“Kondisi keuangan saya saat itu masih pas-pasan,” kata Kiai Asep sembari tersenyum. Namun Kiai Asep tak mengeluh. Ia justru berusaha cari uang agar aset bersejarah itu bisa diselamatkan.
“Saya carikan uang. Ya tak lepas dari pengorbanan uang pribadi,” kata kiai yang kini memiliki santri 10.000 orang lebih itu.
Kiai Asep lalu berusaha mengumpulkan uang untuk membeli MBODT itu sesuai perintah Gus Dur. “Saat itu MBODT saya beli Rp 110 juta lebih. Kalau uang sekarang sekitar Rp 1 Miliar,” tutur Kiai Asep yang kini Ketua Umum Pergunu dan memberikan beasiswa kepada ratusan guru untuk kuliah S! dan S2 di Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur. (tim)