Minta Jokowi Tak Gembosi KPK, Rizal Cium Ada Lobi Tingkat Tinggi BLBI | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Minta Jokowi Tak Gembosi KPK, Rizal Cium Ada Lobi Tingkat Tinggi BLBI

Senin, 22 Desember 2014 21:25 WIB

Rizal Ramli. Foto: sayangi.com

BangsaOnline-Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli, mengaku mencium ada gelagat penggembosan saat Komisi Pemberantasan Korupsi () menyelidiki dugaan penyimpangan penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) penerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) terhadap pemilik Bank Dagang Negara Indonesia, Sjamsul Nursalim. Dia memperkirakan ada lobi tingkat tinggi buat berusaha menghambat penyelidikan dugaan pelanggaran hukum penerbitan SKL itu.

"Saya juga minta tolong pada Presiden jangan menarik penyidik-penyidik , baik dari kejaksaan maupun polisi," kata Rizal kepada awak media selepas memberikan keterangan terkait penyelidikan SKL Sjamsul Nursalim, di Gedung , Jakarta, Senin (22/12).

Sebelumnya Ketua , Abraham Samad menyatakan bahwa pihaknya tidak segan-segan memeriksa Megawati yang merupakan Presiden RI kelima itu, dalam menyelidiki kasus pemberian SKL BLBI.

" sudah pernah periksa JK (Jusuf Kalla) mantan Wapres (Wakil Presiden). Serta Boediono saat masih Wapres kita juga sudah periksa dalam kasus lain (Century). Apalagi Megawati, dia kan sudah mantan (Presiden)," kata Samad ketika ditemui wartawan di Gedung saat itu.

Bahkan Putri Presiden RI pertama, Rachmawati Soekarnoputri, menyebut kakak kandungnya itu, yakni Megawati kemungkinan terlibat dalam kasus BLBI.

Atas dasar itu, Rachmawati meminta kepada untuk mengusut kemungkinan keterlibatan Megawati.

"Jangan tebang pilih. (BLBI) Itu kalau diproses bagus. Saya beri imbauan ya kalau memang ada persoalan hukum, ya silakan dikejar (Megawati)," kata Rachmawati dalam jumpa pers di kediamannya, Jalan Jati Padang Raya 54A, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (6/8).
Kasus penerbitan SKL untuk beberapa obligator BLBI memang terjadi di era Presiden Megawati tahun 2002. SKL itu dikeluarkan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002.

Rizal menaruh curiga ada pihak-pihak berusaha menghambat penyelidikan dugaan penyimpangan SKL Sjamsul Nursalim. Dia mengatakan taktik seperti ini kerap terjadi dan hasil dari lobi-lobi tingkat tinggi.

"Biasanya modelnya kayak gitu. Ada kasus yang diperiksa bertahun-tahun, ada tim, di penyidik sudah mengerti masalah, sudah bagus, tapi kemudian ditarik oleh Kejaksaan, oleh Kepolisian. Nah, ini permainan tingkat tinggi begini segera dihentikan," jelas Rizal.

Rizal mengaku bila penegakan hukum terus dijalankan seperti ini, maka tidak ada lagi keadilan bisa didapat. Sebab ada pihak-pihak dengan kekuatan modal dan pengaruh kekuasaan menyalahgunakan wewenangnya buat merusak penyelidikan kasus. Dia ingin semua penegak hukum bekerja sama menegakkan keadilan.

"Saya minta Presiden jangan diam saja. Jangan enggak tahu saja. Harus tahu. Jangan sampai digerogoti, sehingga kasus-kasus besar di sini akhirnya terhenti. Mulai lagi tim baru yang harus belajar lagi setahun-dua tahun," sambung Rizal.

Rizal mengatakan, taktik seperti itu kerap dijalankan di masa lalu. Yakni para penegak hukum main mata dengan penguasa buat merekayasa proses penyelidikan sebuah perkara hukum. Dia juga mengimbau Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan Jaksa Agung HM Prasetyo supaya tidak goyah jika diminta bersekongkol menghalangi proses penegakan hukum.

"Model-model begini, zaman dulu, Kejaksaan Agung dan Polisi main semua. Jadi saya minta ke Kapolri Sutarman, dan Jaksa Agung Mas Prasetyo, dan Presiden mohon diberhentikan langkah-langkah begini. Beri kesempatan menegakkan hukum," lanjut Rizal.

Dalam pemeriksaan, dicecar oleh penyidik soal penerbitan SKL BLBI.

"Soal penerbitan SKL yang dikeluarkan pada era Presiden Megawati, ditanya macam-macam," kata Rizal.

Rizal juga membeberkan kepada penyidik mengenai banyaknya konglomerat penerima SKL namun pada kenyataannya sekarang keadaannya kaya raya.

"Saya esensinya mengimbau, karena memang ada sejumlah pengusaha atau konglomerat yang belum memenuhi kewajibannya tapi sudah diberikan SKL. Banyak dari pengusaha-pengusaha itu sekarang masih sangat kaya raya," terangnya.

Selain itu, dia menyesalkan masih banyaknya konglomerat yang menerima pinjaman namun tidak mengembalikan hutang, meskipun telah mendapat SKL.

"Jadi walaupun sudah dapat SKL, tapi mereka belum memenuhi kewajibannya, saya mengimbau kepada konglomerat yang bersangkutan untuk segera memenuhi kewajibannya, karena kenyataannya mereka mampu," tegasnya.

Mantan Menko Perekonomian ini enggan menjawab saat ditanya siapa yang paling bertanggungjawab dalam menerbitkan SKL ini. "Jangan sebut-sebut nama lah," pintanya.

TIPU MUSLIHAT KONGLOMERAT

1 2

Sumber: merdeka.com/berita.com

 

sumber : merdeka.com/berita.com

 Tag:   Jokowi KPK Rizal Ramli

Berita Terkait

Bangsaonline Video