Sembuh Lewat Konvalesen, Dahlan Iskan Merasa Bersalah Tak Bisa Jadi Pendonor Konvalesen
Editor: MMA
Selasa, 23 Maret 2021 07:10 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dahlan Iskan merasa bersalah
karena tak bisa menjadi pendonor konvalesen. Padahal saat positif Covid-19 ia sembuh
lewat cara pengobatan konvalesen.
Kenapa tak bisa menjadi pendonor konvalesen? Simak tulisan wartawan yang mantan menteri BUMN itu hari ini, Selasa 23 Maret 2021, di Disway dan HARIAN BANGSA. Dibawah ini BANGSAONLINE.com menurunkan lengkap tulisan wartawan kondang itu. Selamat membaca:
BACA JUGA:
Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang
Anak Muda Israel Full Stress
BARU kemarin saya bisa melihat orang donor konvalesen. Padahal saya adalah orang yang sembuh dari Covid-19 berkat transfusi plasma konvalesen. Akhir Januari lalu.
Saya lihat begitu banyak yang antre donor konvalesen kemarin. Bahkan banyak yang bukan baru kali pertama. "Kalau hasil cek darah ok, ini akan menjadi yang ke-10 kalinya saya donor konvalesen," ujar Satyagraha.
Satyagraha terlihat lagi antre untuk cek darah di kantor tabloid wanita Nyata Surabaya. Nyata memang mengadakan acara donor darah plus konvalesen. Ramai sekali. Kantornya yang di Jalan Raya Darmo --samping Kebun Binatang Surabaya, ramai sepanjang hari.
"Sehari kemarin bisa mendapat 250 kantong," ujar Eddy Sukotjo, panitia di situ.
Berita baik lainnya: semakin banyak penyintas Covid-19 yang memenuhi syarat menjadi pendonor konvalesen. "Dulu, dari 100 orang pendonor paling hanya 10 orang yang memenuhi syarat," ujar Eddy. Sekarang, katanya, dari 100 orang bisa didapat 60-70 orang.
Yang dimaksud dengan ’’dulu’’ adalah di awal Covid - -sekitar bulan Mei 2020. Dan yang dimaksud ’’sekarang’’ adalah sejak bulan November sampai Februari 2021.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah: penyintas Covid tersebut harus sudah memiliki antibodi melebihi untuk kebutuhan dirinya sendiri. "Dulu banyak penyintas Covid yang memiliki antibodi kurang dari itu," ujar Eddy.
Sebenarnya saya memiliki antibodi jauh melebihi kebutuhan saya sendiri. Karena itu saya merasa bersalah: disembuhkan lewat konvalesen tapi tidak bisa menjadi donor konvalesen. Saya tidak memenuhi syarat - -pernah punya hepatitis B. Juga karena umur saya sudah melebihi 60 tahun.
Mereka yang datang antre di Nyata kemarin adalah untuk pengambilan darah. Dari situ akan diketahui memenuhi syarat jadi pendonor atau tidak. Hasil itu akan diberitahukan lewat HP. Bagi yang memenuhi syarat diminta datang ke Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya - -pada tanggal dan jam yang ditentukan.
Di PMI-lah plasma Konvalesen itu diambil. PMI Surabaya memiliki 5 mesin pemroses darah. Sebelum ada Covid, mesin itu banyak menganggur. Transfusi plasma sangat jarang dilakukan.
Dulu, mesin itu baru bermanfaat kalau ada yang perlu transfusi plasma penyakit tertentu. Misalnya HIV. Bahkan saat ada wabah Ebola tidak sampai ada yang harus transfusi plasma Ebola.
Barulah ketika ada Covid mesin pemroses darah itu kerja keras. Terutama setelah RSPAD Gatot Subroto berhasil menjadi perintis dimulainya pengobatan konvalesen pertama di Indonesia.
Simak berita selengkapnya ...