Jawaban Muhammad Usai Dilaporkan ke KPK Dugaan Korupsi Kerja Sama PDAM Gresik - PT DBT-PT DAL | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jawaban Muhammad Usai Dilaporkan ke KPK Dugaan Korupsi Kerja Sama PDAM Gresik -PT DBT-PT DAL

Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: syuhud Almanfaluty
Sabtu, 03 April 2021 11:35 WIB

Chris Hadi Susanto (Mantan Direktur Teknik PDAM Kabupaten Gresik saat itu) melaporkan kedua proyek itu ke lantaran ada dugaan unsur tindak pidana korupsi sebesar Rp 50 miliar. Atas laporan tersebut, Muhammad, S.E., selaku Dirut PDAM Kabupaten Gresik saat itu, membantah tudingan tersebut.

"Tidak ada korupsi itu. Dia (mantan Dirtek PDAM) itu tidak tahu aturan kerja samanya," kata Muhamad pada 5 November 2012 saat memberikan keterangan pers.

Menurut Muhamad, Chris tidak paham dalam menghitung biaya pembelian dan penjualan air PDAM. Dia mencontohkan kerja sama dengan PT DBT. Mekanismenya, PDAM membeli air baku ke PT DBT Rp 2.500 per meter kubik. Padahal, biaya produksi air PDAM sendiri hanya Rp 1.257 meter per kubik.

"Uang 2.500 per meter kubik itu bukan hanya untuk produksi. Tapi, juga untuk biaya investasi, biaya pengolahan seperti beli tawas dan lainnya," ungkap Muhamad saat itu menyikapi laporan Crishadi.

Karena itu, Muhammad mempertanyakan tudingan Chris Hadi yang menyebut adanya korupsi Rp 50 miliar dalam jual beli air PDAM. Bahkan, Muhammad mengatakan tudingan itu aneh, karena Chris Hadi saat itu juga ikut dalam kerja sama itu.

Bahkan, Muhammad juga mengungkap jika Chris Hadi terlibat dalam kerja sama tersebut. Ia mengungkapkan, kerja sama dengan PT DBT dilakukan pada 25 Mei 2012 dengan kapasitas 200 liter per detik dan dengan PT DAL pada tanggal 1 Oktober 2012 dengan kapasiatas 400 liter per detik.

"Kerja sama dengan PT DBT dilakukan dengan sistem BOT. Artinya, semua biaya investasi ditanggung investor. Total investasinya mencapai Rp 47 miliar. Kerja samanya berjalan 25 tahun. Setelah itu, aset menjadi milik PDAM," terangnya.

Muhamad menyatakan, pascaadanya kerja sama tersebut PDAM menjadi untung. Kalau sebelumnya, PDAM setiap tahunnya rugi Rp 7 miliar, namun pascakerja sama pada tahun 2014 untung Rp 6 miliar.

"Kemudian pada tahun 2015 untung Rp 9 miliar," terangnya.

Muhamad menambahkan, kerja sama dengan PT DBT dan PT DAL bertujuan memenuhi kekurangan kapasitas produksi sampai tahun 2015 yang membutuhkan air ready sebanyak 1.132 liter per detik. Kemudian, hingga tahun 2019 butuh air sebesar 3.785 liter per detik.

"Sebelum kami lakukan kerja sama dengan 2 perusahaan tersebut, kapasitas produksi PDAM hanya 762 liter per detik untuk melayani 82.500 pelanggan," pungkasnya. (hud/ns)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video