​Hadratussyaikh Panggil Mas Chalim, Kisah Kiai Pendiri NU dari Leuwimunding Majalengka | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Hadratussyaikh Panggil Mas Chalim, Kisah Kiai Pendiri NU dari Leuwimunding Majalengka

Editor: MMA
Minggu, 15 Agustus 2021 09:24 WIB

M Mas'ud Adnan. Foto: BANGSAONLINE.com

Gus Sholah kadang minta pendapat lewat WA. Atau telepon langsung.

Tentang apa? Yang paling sering tentang , masalah nasional dan pesantren.

Loh, apakah saya orang hebat? Bukan! Karena Gus Sholah tidak hanya minta pendapat saya. Tapi juga minta pendapat teman-teman yang lain. Yang dianggap nyambung tentang persoalan yang mau didiskusikan.

Intinya, sebelum memutuskan sesuatu – terutama hal penting – Gus Sholah selalu minta pendapat banyak orang. Padahal Gus Sholah sendiri sudah punya keputusan sendiri. 

"Sebenarnya saya sudah punya keputusan," kata Gus Sholah suatu ketika kepada saya. Tapi tetap perlu mendengarkan pendapat orang lain. Luar biasa! 

Maka wajar jika banyak kiai terkesan dan terpesona dengan ketinggian akhlak Gus Sholah. Termasuk KH Afifuddin Muhajir.

“Sebagai putra dan cucu orang besar, beliau tidak memposisikan diri sebagai orang (besar). Tawaddlu’ luar biasa,” kata KH Afifuddin Muhajir kepada saya.

Kiai Afifuddin adalah Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo dan juga Wakil Rais Syuriah PB.

Tawaddlu’-nya perlu kita teladani. Semoga kita bisa. Amin,” harap Kiai Afifuddin yang mengarang sejumlah kitab. Di antaranya Fathul Mujibil Qarib.

Nah, ketinggian akhlak Hadratussyaikh itulah tampaknya yang juga meresap dalam diri KH Abdul Chalim sehingga ulama yang punya kepiawaian menulis itu juga dikenal punya perangai halus. Wajahnya yang teduh semakin membuat performace Kiai Abdul Chalim menyenangkan banyak orang. Termasuk orang awam sekalipun.

Tak jelas, apakah karena mewarisi watak abahnya itu, Kiai Asep juga dikenal santun, meski kadang juga keras. Saya belum menggali lebih jauh tentang masalah ini kepada Kiai Asep. Mungkin untuk edisi lanjutan. Karena tulisan ini masih panjang.

Yang pasti, Kiai Asep dalam sehari-harinya selalu pakai boso kromo inggil (bahasa jawa halus), meski kepada putra-putrinya. Ini tentu sisi menarik dari seorang ulama besar dan pengasuh pondok pesantren besar yang juga guru besar.

Menurut Kiai Asep, Kiai Abdul Chalim tentu punya jati diri sendiri terutama dengan kapasitas keilmuannya yang tinggi. Tapi, menurut Kiai Asep, tempaan Hadratussyaikh dan Kiai Abdul Wahab telah membentuk karakter tersendiri bagi Kiai Abdul Chalim. (M Mas’ud Adnan/bersambung)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video