Setahun, ODOL Rugikan Negara Rp 43 Triliun
Editor: MMA
Selasa, 23 November 2021 09:26 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ini masih soal pembangunan jalan tol. Menurut Dahlan Iskan, membuka isolasi ternyata bukan hanya urusan Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Dan Papua. Juga di Jawa sendiri. Kenikmatan terbukti telah menimbulkan tuntutan kenikmatan baru. Maksudnya?
Silakan baca tulisan wartawan terkemuka itu di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Selasa pagi ini, 23 November 2021. Selamat membaca:
BACA JUGA:
Pemilu Dungu, Pengusaha Wait and See, Ekonomi Tak Menentu
Tiongkok Banjir Mobil Listrik
Hati Rakyat Sulit Dibeli, Partai Penguasa Gagal Menang
Anak Muda Israel Full Stress
SETELAH ada jalan tol Jakarta-Surabaya, kawasan Pati-Kudus-Rembang-Grobokan tiba-tiba seperti daerah pedalaman nan jauh.
Dari Semarang: jauh.
Dari Solo: jauh.
Dari Surabaya: jauh.
Rombongan tim senam saya perlu waktu 8 jam dari Surabaya. Untuk tiba di Pati. Naik bus carteran.
Memang akan ada jalan tol baru: dari Semarang ke Kudus. Yang sekarang sedang dikerjakan. Khususnya yang Semarang-Sayung-Demak. Lebih khusus lagi yang Sayung-Demak. Sedang yang Semarang-Sayung harus mundur satu tahun. Akan hal yang Demak-Kudus perlu segera disusulkan.
Ruas Semarang (Kaligawe)-Sayung memang rumit. Panjangnya ''hanya'' 10 Km tapi medannya berat. Tergolong yang terberat di Indonesia: tanah lembek, berbentuk tambak, dan jadi sasaran genangan air pasang dari laut (rob).
Maka untuk jalan tol sepanjang 10 Km itu diperlukan biaya Rp 10 triliun sendiri. Padahal ruas berikutnya, Sayung-Demak, 16 Km, hanya perlu biaya Rp 4,5 triliun.
Begitu sulitnya, ruas Semarang-Sayung itu memerlukan jutaan batang bambu. Untuk mengubah struktur tanah di bawah tol itu. Bambu itu dirangkai. Dihamparkan di atas tanah. Lalu ditimbun tanah. Dihampari lagi bambu yang sudah dirangkai. Ditimbuni tanah lagi. Dihampari lagi rangkaian bambu lagi. Ditimbuni tanah lagi. Tiga lapis.
Cara seperti itu baru pertama dilakukan di Indonesia. Proyek tol memang telah melahirkan kemampuan teknik yang sangat besar di lingkungan insinyur sipil kita.
Ruas tol ini sekaligus akan menjadi tanggul laut. Agar rob terbendung hanya sampai di jalan tol itu. Dengan demikian kawasan di selatan jalan tol akan kembali bisa menjadi tanah produktif.
Maka kawasan Pati dan sekitarnya masih harus sabar untuk bisa keluar dari isolasi. Khususnya bagi kendaraan kecil. Sedang bagi kendaraan besar ada aturan tersendiri.
Itulah sebabnya mengapa truk-truk besar masih tetap memadati pantura. Biar pun sudah ada jalan tol.
Dugaan awal: tol terlalu mahal.
Dugaan lain: tanjakan jalan tol di Bawen terlalu panjang dan tinggi.
Faktanya: ODOL memang dilarang masuk tol.
ODOL itulah yang kini memadati jalur pantura.
ODOL itu, Anda sudah tahu, sebenarnya hanya singkatan. Bukan nama kendaraan: over dimension over load.
ODOL telah dianggap sebagai biang kerok kerusakan jalan. "ODOL itu telah merugikan negara sampai Rp 43 triliun setahun," ujar sumber di kementerian PUPR. Baca sendiri di website kementerian itu.
Membuka isolasi ternyata bukan hanya urusan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dan Papua. Juga di Jawa sendiri. Kenikmatan terbukti telah menimbulkan tuntutan kenikmatan baru.
"Kami juga berjuang mengatasi isolasi Blora," ujar Arief Rohman, sang bupati. Ia ingin ada jalan tembus dari Ngawi ke Blora. Jangan lagi hanya lewat Padangan (Bojonegoro).
"Kepresnya sudah terbit," ujar sang bupati. Yakni membangun jalan baru dari Randublatung langsung ke Ngawi. Hanya 26 Km.
"Berarti harus membangun jembatan baru melintasi Bengawan Solo?" tanya saya.
Simak berita selengkapnya ...