Tindak Tutur Pembelajar BIPA di Muslim SFS Thailand | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tindak Tutur Pembelajar BIPA di Muslim SFS Thailand

Editor: Redaksi
Minggu, 26 Desember 2021 23:44 WIB

Ilustrasi berbincang. Foto: Syahdannugraha/Pixabay

Berikut tindak tutur dari pembelajar BIPA di Muslim SFS Thailand:

(1) Bu, bolehkah aku besok tidak masuk sekolah? Tugas untuk besok dikerjakan di rumah saja.

(meminta izin tidak masuk sekolah dan mengganti tugas)

(2) Bu Guru, saya Duah, saya mau ke Bu Suda. Minta izin untuk pergi Bu Suda. Saya pergi!

(izin untuk menemui Bu Suda)

(3) Saya tidak mau belajar ini. Saya sudah bisa dan bosan jika ini lagi.

(perintah kepada Guru)

(4) Anda pergilah ke kantin beli jajan sekarang!

(menyuruh teman pergi ke kantin)

Berdasarkan data tersebut, pembelajar BIPA masih kesulitan dalam pemilihan strategi tuturan. Data (1) pembelajar masih cenderung menggunakan tuturan dengan melekatkan partikel –kah. Pada data (2) pembelajar cenderung memilih kata kerja berupa kata kerja dasar tanpa adanya imbuhan. 

Data (3 dan 4) pembelajar memilih tuturan dengan singkat untuk mengutarakan keinginannya. Berdasarkan data tersebut, pembelajar cenderung memilih strategi tuturan dengan menggunakan partikel –kah, kata kerja berupa kata kerja dasar, mengucapkan secara singkat, menggunakan bahasa campuran, dan pengandaian.

Pemilihan Formula Semantik

Formula semantik merupakan penyusunan pada tuturan. Hal tersebut untuk mendukung dan melancarkan maksud dari tuturan. Ada beberapa kriteria dalam pemilihan formula semantik sebagai berikut:

1. Pemilihan kata sapaan

Pemilihan kata sapaan merupakan kata untuk saling merujuk dalam pembicaraan dan dapat berbeda-beda menurut sifat hubungan diantara pembicara. Misalnya Anda, Ibu, dan Saudara. Kata sapaan terkait erat dengan nama dan sebutan. Nama yang dimaksud ialah kata untuk menyebut atau memanggil orang. Berikut adalah tuturan pembelajar BIPA dalam cuplikan sebagai berikut.

(1) Bu Guru, saya izin pergi ke kamar mandi ya?

(2) Bu Guru, ini mengerjakannya bagaimana?

(3) Bu Guru, saya tidak paham yang Bu Guru bicarakan. Jelaskan lagi Bu Guru.

(4) Bu Guru, saya izin ke koprasi untuk membeli kertas gambar. Jika tidak saya nanti dimarah Bu Yah.

Berdasarkan data tersebut, tindak tutur dari pembelajar BIPA, lebih condong menggunakan kata sapaan jabatan. Pembelajar tersebut menggunakan kata sapaan Bu Guru dan menyebut nama langsung kepada teman.

2. Pemilihan kata penanda kesantunan

Secara linguistik, kesantunan dalam pemakaian tuturan bahasa Indonesia sangat ditentukan oleh muncul tidaknya penanda kesantunan. Pemilihan kata penanda kesantunan itu menentukan wujud dan peringkat kesantunan tuturran dalam bahasa Indonesia. Dengan pemilihan kata penanda kesantunan, seorang penutur akan dapat memperhalus maksud tuturannya. Berikut data tuturan dari pembelajar BIPA.

(1) Berikan itu kepadaku. Saya membutuhkan buku itu.

(2) Minta tolong antarkan saya ke ruang guru.

(3) Minta maaf saya terlambat masuk kelas.

(4) Permsii, saya ingin lewat sebelah sini.

Berdaskan data tersebut menunjukkan bahwa pembelajar BIPA menggunakan kata penanda kesantunan yang tidak bervariasi. Pembelajar hanya menggunakan kata penanda kesantunan yaitu, minta tolong, minta maaf, permisi, partikel –kah, dan ayo. Kata penanda kesantunan tersebut selalu diulang-ulang oleh pembelajar BIPA. Pembelajar menggunakan beberapa ungkapan penanda kesantunan dengan tepat.

3. Pemilihan Pronomina Persona

Pada pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), contohnya saya, aku, ku-, -ku, kemudian mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), contohnya engkau, kamu, dikau, Anda; dan mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga), contoh dia, ia, beliau (Nunung Hermawan & Lina Rosliana, 2017).

Berikut data cuplikan dari tindak tutur pembelajar BIPA.

(1) Halo Bu Guru, Anda ada berapa kelas hari ini?

(2) Kamu jangan menggambar disini. Itu tidak boleh.

(3) Bu Guru, mereka tidak mau menulis.

(4) Bu Guru, saya sekarang ingin minum, karena haus sekali.

Berdasarkan data tersebut, pembelajar BIPA cenderung menggunakan pronomina formal. Pembelajar BIPA, sudah bisa membedakan penggunaan pronomina persona kepada lawan tutur dalam tuturannya. Hanya saja pembelajar terkadang menggunakan pronomina persona yang kurang tepat di situasi formal atau informal. Mereka sering kebolak-balik penyebutan pronomina persona kepada lawan tutur dalam tuturannya.

SIMPULAN

Sesuai dengan tujuan dalam dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjebabkan adanya tindak tutur oleh pembelajar BIPA terdapat beberapa pemilihan kata dalam tindak tuturnya sebagai berikut, 1) pemilihan ragam bahasa formal dan informal, 2) pemilihan strategi tutur, 3) pemilihan formula semantik, dan 4) pemilihan pronomina persona. 

Berdasarkan hal tersebut tindak tutur pembelajar BIPA terdapat adanya pragmatik bahasa antara. Hal tersebut ada dalam tuturan siswa pembelajar BIPA. Pada tuturan itu bisa diketahui faktor-faktor tindak tutur bahasa Indonesia. (*)

Peneliti adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Malang Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video