Gubernur Khofifah Beri Apresiasi 1.000 Seniman dan 240 Juru Pelihara Cagar Budaya Jatim

Gubernur Khofifah Beri Apresiasi 1.000 Seniman dan 240 Juru Pelihara Cagar Budaya Jatim Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Pj. Sekda Prov. Jatim Wahid Wahyudi saat memberikan apresiasi kepada para Seniman dan Juru Pelihara Cagar Budaya Jawa Timur. foto: ist.

Lebih lanjut menjelaskan bahwa ajaran Sunan Drajat tersebut sesungguhnya harus dimaknai lebih luas, tidak cukup hanya memaknai secara harafiah saja. Seperti halnya memaknai kata buta dengan ketidakmampuan melihat kebenaran, lalu memaknai kata payung dengan perlindungan, kesejahteraan, dan keadilan.

"Ada nilai-nilai kemanusiaan yang luar biasa yang diajarkan oleh Sunan Drajat," jelasnya.

Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa pemberian apresiasi kepada mereka khususnya penjaga situs dan cagar budaya adalah bagian dari upaya menjaga dan melestarikan termasuk filosofi kehidupan untuk diteladani dan diamalkan seperti yang diberikan oleh Sunan Drajat. Terlebih saat ini bertepatan dengan bulan suci Ramadan 1443 H.

"Selagi bulan Ramadan, ada lipatan pahala yang luar biasa. Bulan Ramadan juga disebut bulan yang banyak dianjurkan untuk memberi atau bulan yang dianjurkan untuk saling tolong-menolong, berbagi dan bersedekah di bulan Ramadan tentu akan berlipat ganda pahalanya," tuturnya.

Perjuangkan Reyog Ponorogo Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Milik Ponorogo

Di kesempatan yang sama, secara khusus Gubernur juga mengajak semua pihak untuk memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang dimiliki. Hal tersebut saat ini nampak pada upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan khususnya Kab. Ponorogo untuk mengajukan Reyog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda milik Kabupaten Ponorogo, milik Jawa Timur dan tentu milik Indonesia ke UNESCO. Namun di tengah upaya ini, ada negara tetangga yang juga sedang mengupayakan hal yang sama.

"Ini menjadi momentum sekaligus pengingat bagi Pemerintah Indonesia dan Jawa Timur khususnya Bupati Ponorogo untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang bisa memberikan penguatan kepada UNESCO bahwa reyog memang adalah warisan budaya tak benda dari Ponorogo Jawa Timur Indonesia," ucapnya.

Sehingga mantan Mensos RI itu menegaskan pentingnya pendokumentasian dan penelusuran sejarah untuk setiap warisan budaya yang dimiliki. Karena untuk mengakui hal tersebut sebagai bagian dari kekayaan kita diperlukan hal-hal administratif sebagai bukti autentik.

"Ini waktunya memang sangat pendek maksimalisasi untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dari keabsahan bahwa Reyog Ponorogo itu memang terlahir dari Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia menjadi penting," tandasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan, persoalan pendokumentasian sejarah masih menjadi kelemahan. Sesuai arahan Gubernur ia secara intensif melakukan koordinasi dengan Kabupaten Ponorogo untuk mencoba menerjemahkan beberapa persyaratan yang nantinya oleh Kemendikbud itu dipersyaratkan dalam rangka pemenuhan pengajuan Reyog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia ke UNESCO.

"Seperti yang disampaikan oleh Gubernur, bahwa soal sejarah memang kita punya kelemahan, kadang-kadang telat menulis daripada perjalanan kebudayaan, Nah inilah yang harus diperhatikan dan menjadi lebih serius," pungkasnya.

Turut hadir, Pj. Sekda Prov. Jatim, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, Ka. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim, Ka. Dinas Kominfo Prov. Jatim, Ka. Dinas Pendidikan Prov. Jatim, Karo. Perekonomian Setda. Prov. Jatim, Karo. Kesra Setda. Prov. Jatim. (dev/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Emak-emak di Surabaya Kecewa Tak Bisa Foto Bareng Jokowi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO