“Sehingga ketika saya kuliah S1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya, serasa semua mata kuliah sudah saya hafal. Bahkan, cara mengajar saya sampai hari ini masih dipengaruhi saat menjadi santri di sini (Madrasatul Alsun),” cetus pria kelahiran Sidoarjo, 9 Februari 1974 ini.
Tidak hanya itu, di hadapan para santri dan alumni Madrasatul Alsun, pria yang meraih gelar guru besar pada tahun 2015 saat memasuki usia 37 tahun ini, juga menceritakan perjalanan hidupnya hingga menjadi Rektor UINSA.
Prof Akhmad Muzakki mengaku sebenarnya tidak berminat untuk menjadi rektor. Bahkan, ia baru menyiapkan berkas pendaftaran H-1 penutupan.
“Saya sebenarnya tidak berminat menjadi rektor, tapi karena sudah mendapat perintah dan amanah dari kiai sepuh, mau tidak mau saya harus mengikuti. Dan Alhamdulillah bisa terpilih,” jelas sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur ini.
Pengasuh Madrasatul Alsun Sidoarjo KH Mohammad Naser Abdurrahman menyampaikan bahwa Prof Akhmad Muzakki dulu termasuk santri yang rajin dan gigih dibandingkan teman-teman semasanya.
“Meski ada hujan, teman-temannya tidak masuk, dia tetap hadir. Dia sangat gigih membaca buku, ya menulis. Jadi tidak gampang. Perlu kerja keras. Makanya saya adakan kegiatan silaturrahmi ini agar bisa dijadikan contoh sama yang santri-santri di sini,” cetus KH Mohammad Naser Abdurrahman.
Di akhir kegiatan silaturrahmi itu, KH Mohammad Naser Abdurrahman mendoakan Prof Akhmad Muzakki agar amanah dalam mengemban tugas sebagai Rektor UINSA dan membawa manfaat bagi bangsa dan agama. (sta/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News