Net Zero Emissions 2050 Telah Diterapkan Crown Group

Net Zero Emissions 2050 Telah Diterapkan Crown Group Iwan Sunito, CEO Crown Group.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Pencanangan kota-kota global lainya di dunia dalam hal desain dan pengembagan kawasan hijau, kini lebih diproritaskan oleh .

Hal tersebut merupakan hasil dari pemilihan Federal Australia sebagai rencana untuk mencapai pada tahun 2050.

Baca Juga: Menperin RI Apresiasi 2 Rintek Petrokimia Gresik

Iwan Sunito selaku CEO Crown Group angkat bicara. “Hasil dari Pemilihan Federal Australia baru-baru ini mengirimkan pesan yang jelas dari para pemilih bahwa perlu ada fokus yang jauh lebih besar pada konsep hijau dan berkelanjutan yang positif bagi lingkungan di semua bidang, termasuk pengembangan properti. Hal ini sejalan dengan rencana untuk mencapai pada tahun 2050,” terangnya, Rabu (22/6/2022).

Rencana yang berbasis teknologi tersebut telah menetapkan jalur yang kredibel untuk mencapai net zero pada tahun 2050, sambil melestarikan industri yang ada, menjadikan Australia sebagai pemimpin dalam teknologi rendah emisi.

Rencana tersebut didasarkan pada kebijakan yang ada dan akan dipandu oleh lima prinsip yang akan memastikan peralihan Australia ke net zero economy tidak akan mengancam industri, wilayah, atau pekerjaan yang sudah ada sebelumnya.

Baca Juga: Wujudkan Net-Zero Emissions, Petrokimia Gresik Tanam Puluhan Ribu Mangrove Bersama Warga

“Di Crown Group, kami telah menerapkan prinsip-prinsip dasar green building semenjak tahun 2010, menciptakan tren hunian baru di dunia. Hal ini bisa terlihat dalam pekerjaan kami pada Arc by Crown Group, Infinity by Crown Group, Waterfall by Crown Group, The Grand Residences dan sekarang Mastery by Crown Group. Konsep yang menyatu dengan alam, penggunaan material berbahan dasar kayu dan bisa daur ulang, ruang tamu yang luas dengan sirkulasi udara maksimal serta keberadaan pintu kaca besar yang memungkinkan sinar matahari dapat menyinari secara alami, sehingga mengurangi konsumsi listrik,” ungkapnya

Pada akhir 2022, ONE Global Capital akan meluncurkan sebuah holdings baru yang akan berfokus kepada Ritel, Pembangunan Hunian, Hotel dan Convention.

“Kami saat ini sedang dalam tahap finalisasi sebelum kami perkenalkan kepada publik. Keberadaan ONE Global Capital sangat dibutuhkan untuk kegiatan ekspansi usaha ke sektor-sektor yang saat ini belum tersesentuh. Dan sebagai langkah awal, ONE Global Capital akan membangun proyek hunian perdananya di kawasan Chatswood, Sydney,” jelas Iwan.

Masih kata Iwan, menjelang berakhirnya pandemi Covid-19 di Australia, kinerja SKYE Suites mengalami lonjakan yang signifikan. Rataan keterisian kamar hotel kami di 3 lokasi mencapai di atas 80%.

“SKYE Suites juga menuai kesuksesan yang luar biasa dengan terpilihanya kami sebagai official partner dari AfterPay Australian Fashion Week selama 3 tahun. Ditambah perpanjangan kerja sama dengan program TV reality show paling popular di Australia, Married at First Sight. Sebuah pencapaian yang membangggakan mengingat usia SKYE Suites adalah pemain baru di industry perhotelan Australia,” ungkapnya.

Berbicara tentang migrasi, Iwan setuju dengan sikap Dewan Bisnis Australia, menyerukan kepada Pemerintahan Albanese untuk meningkatkan jumlah migran yang masuk ke Australia yang dapat membantu pemulihan ekonomi Australia.

“Migrasi turun selama pandemi dan saat ini dibatasi pada 160.000 jiwa. Business Council of Australia ingin meningkatkan Batasan tersebut menjadi 220.000 jiwa pada tahun 2022-23 dan 2024, dan kemudian kembal lagi ke 190.000 jiwa.”

Dampak penutupan perbatasan internasional terkait pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan jumlah migrasi selama enam kuartal secara berturut-turut. Pertumbuhan penduduk selama 12 bulan terakhir sepenuhnya disebabkan oleh peningkatan alami (penambahan 136.200 jiwa), sementara migrasi dari luar negeri negatif (berkurang 67.300 jiwa) selama periode tersebut.

“Hal ini juga berdampak pada jumlah tenaga kerja di Australia. Oleh karena itu, pemerintah Australia telah mengeluarkan kebijakan pelonggaran jumlah waktu kerja bagi mahasiswa asing yang sebelumnya dibatasi hanya 20 jam seminggu,” tuturnya.

Langkah ini akan berlaku segera untuk semua siswa saat ini sudah berada di Australia ataupun yang baru akan tiba, termasuk mereka yang baru mengajukan izin kerja siswa baru. Para pelajar tesebut bahkan dapat bekerja sebelum program studi mereka dimulai.

Berdasarkan Biro Statistik Australia, pada akhir Juni 2019, 88.740 orang kelahiran Indonesia tinggal di Australia, 29,4% lebih banyak dari jumlah (68.570) pada 30 Juni 2009. Ini adalah salah satu komunitas migran terbesar di Australia, setara dengan 1,2% komunitas migran Australia dan 0,3% dari total populasi Australia.

“Sementara jumlah mahasiswa Indonesia di Australia yang tercatat per tanggal 28 Juni 2021 yakni sebanyak 12.645 mahasiswa. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 6 jumlah mahasiswa asing terbanyak di Australia setelah Tiongkok, India, Nepal, Vietnam dan Malaysia. Di sinilah terlihat posisi strategis Indonesia,” ungkap Iwan.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi setelah terpilih pada Mei 2022.

Pertemuan antara kedua kepala negara tersebut membahas tentang perdagangan dan investasi bilateral, kerja sama di bidang iklim dan energi, serta kepentingan regional dan global. Yang penting dalam kunjungan ini adalah keinginan kedua belah pihak untuk membuka potensi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). (yan/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO