Sehari Ceramah di 4 Lokasi di Sumenep, Kiai Asep Ingatkan Ekstrem Kiri di UU Sisdiknas

Sehari Ceramah di 4 Lokasi di Sumenep, Kiai Asep Ingatkan Ekstrem Kiri di UU Sisdiknas Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (tengah) saat ceramah pendidikan di Pondok Pesantren An-Nuqoyyah Guluk-Guluk Sumenep Madura, Ahad (3/7/2022). Foto: mma/bangsaonline.com

Menurut , guru itu harus total. “Karena itu, kalau di tempat saya (Amanatul Ummah), di ruangan ini ditulis: Jadilah guru yang baik atau tidak samasekali,” katanya.

Seorang ustadzah mengajukan pertanyaan soal murid yang bandel, apakah dinaikkan kelas atau tidak. Menurut , anak bandel juga harus didekati secara persuasif. Murid, kata , juga harus didoakan.

lalu menuntun para peserta sarasehan dengan doa yang harus dibaca setelah adzan Subuh, sebelum qomat Subuh. Yaitu Allahumma barikli fi dzurriati watalamidzi wala tadlurruhum wafiqhum litha’atika warzuqni biirahum.

setuju dengan pendapat bahwa murid keterlalun atau badel harus dinaikkan kelas. Karena tak ada murid bodoh dan tidak baik. “Yang ada murid belum mendapat penangan secara baik dari guru,” kata .

Dari serangkaian ceramah di 4 lokasi itu, selalu menyinggung tentang kasus hilangnya frasa madrasah dalam RUU Sisdiknas. mengajak semua pengasuh pesantren dan guru untuk mengkritisi UU Sisdiknas.

Ia mengaku telah audensi dengan Komisi VIII DPR RI untuk menyampaikan rekomendasi Kongres Pergunu. Terutama tentang penolakan terhadap LGBT dan penghapusan frasa madrasah di UU Sisdiknas. Menurut dia, semua anggota Komisi VIII dari semua partai sepakat menolak penghapusan frasa madrasah.

“Komisi VIII akan menolak kalau frasa madrasah dihilangkan. Bahkan Komisi VIII mengatakan bahwa RUU Sisdiknas itu tak layak diajukan ke DPR, jika frasa madrasah dihilangkan,” katanya.

Usai audensi dengan Komisi VIII, mengaku silaturahim ke Dr Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Menurut , Alwi Shihab kaget mendengar frasa madrasah dihilangkan. “Kata Pak Alwi, seharusnya itu tanggung jawab menteri agama,” kata .

Kemendiknas, kata , sudah dua kali menyakiti hati umat Islam. Pertama, ketika pahlawan nasional dari NU, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, dihilangkan dari Kamus Sejarah Indonesia.

Kedua, soal penghilangan frasa madrasah dalam UU Sisdiknas.

Karena itu minta semua pengasuh pesantren mewaspadai bahaya dan

Menurut , sudah jelas. 

Kalau ? “Ekstrem kiri itu ya . Ekstrem kiri itu bermain di regulasi,” katanya.

menegaskan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren berdiri dan berkembang jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan kiai atau ulama pesantren lah yang banyak terlibat dalam perjuangan kemerdekaan RI.

Karena itu pemerintah harus menghargai dan ikut menjaga eksistensi pondok pesantren. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO