Jokowi Cuma Tidur 2 Jam, Ekspor Indonesia ke Tiongkok Naik Drastis, 70 Persen

Jokowi Cuma Tidur 2 Jam, Ekspor Indonesia ke Tiongkok Naik Drastis, 70 Persen Dahlan Iskan

JAKARTA, BANGSAONLINE.com Presiden RI Joko Widodo bertemu para kepala negara. Ia harus naik pesawat dari negara ke negara lain, termasuk ke Tiongkok dan Tokyo. Sehingga ia hanya bisa istirahat sebentar.

Dua jam? Tapi bagaimana dengan pengingkatan perdaganan dan kereta cepat Bandung-Jakarta?

Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik

Nah, semua itu akan terjawab jika Anda baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA hari ini, Kamis 28 Juli 2022. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini. Selamat membaca: (PENGANTAR REDAKSI BANGSAONLINE).

SIAPA tahu Presiden bisa tidur di pesawat. Bisa istirahat. Meski hanya 3 jam.

Pukul 00.30 beliau baru bisa terbang dari Beijing. Menuju Tokyo. Itu berarti sudah pukul 01.30 waktu Tokyo.

Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi

Berarti pula, saat Garuda 001 mendarat di Bandara Haneda, sudah pukul 04.30. Tiba di hotel sudah pukul 05.00. Sudah harus menyiapkan diri menghadiri serangkaian acara di Tokyo. Lalu buru-buru ke Seoul, Korea Selatan.

Rasanya, malam itu, Presiden juga tidak mungkin bisa tidur 3 jam. Harus menunggu pesawat mengudara dulu. Baru bisa mulai tidur. Pun 20 menit sebelum mendarat sudah harus bangun. Berarti, malam kemarin itu, Presiden hanya tidur sekitar dua jam.

Begitu berat tugas seorang presiden. Apalagi, kebetulan, dapat giliran menjadi ketua negara-negara besar G-20. Tidak banyak presiden sehoki . Baru 19 tahun lagi ada Presiden Indonesia bisa menjadi ketua G-20. Entah siapa Presiden Indonesia di tahun 2041 kelak. Mungkin salah satu anak Anda. Atau siapa pun yang sekarang masih siswa SMA. Atau mahasiswa. Itu kalau orang-orang di atas 70 tahun tidak ngotot mencapreskan diri.

Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran

Saya bisa membayangkan betapa banyak agenda Presiden di Beijing. Apalagi soal kecil seperti sarang burung dan porang sempat dibicarakan.

Kini memang baru sebagian kecil sarang burung Indonesia bisa diekspor lagi langsung ke Tiongkok. Sebagian besar masih harus lewat pihak ketiga. Keluhan petani sarang burung sangat banyak. Sejak empat bulan lalu pun saya sudah dititipi pesan itu oleh mereka.

Demikian juga porang. Sejak pandemi dua tahun lalu harga umbi porang terjun bebas. Dari Rp 7.500/kg tinggal Rp 4.000. Belakangan harga itu memang mulai sedikit naik lagi. Menjadi Rp 4.500/kg. "Tiongkok sudah mulai membeli porang lagi. Belum banyak tapi sudah mulai naik," ujar Johan Sudjatmiko, eksporter porang dari Sidoarjo, Jatim. Ia juga punya pabrik porang. Ia memproduksi tepung porang, beras porang, dan mie porang. Yang di Jepang disebut shirataki yang mahal itu.

Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran

Tentu petani porang sangat menunggu hasil pembicaraan Presiden di Tiongkok. Biasanya kalau Presiden Indonesia yang minta Tiongkok akan mengabulkan.

Porang kini sudah melanda Indonesia. Di mana-mana petani menanam porang. Covid menenggelamkannya. Tenggelam benar juga tidak. Biaya menanam porang itu tidak mahal. Pemupukannya juga tidak seperti padi dan atau jagung. Harga Rp 7.500/kg, dua tahun lalu itu, memang seperti durian tiga runtuh sekaligus. "Dengan harga Rp 4.500 pun sebenarnya masih untung," ujar Nahum Eka Wanda, aktivis porang dari Blitar. Apalagi kalau bibitnya tidak usah beli. Cukup dari ''tahi lalat'' porang yang muncul di daun-daunnya.

Berarti yang dibicarakan Presiden di Beijing luar biasa banyaknya. Soal undangan menghadiri KTT G-20 di Bali November depan. Terutama terkait dengan memuncaknya konflik sesama anggota G-20, Amerika-Rusia.

Baca Juga: Di Penghujung Jabatan Presiden Jokowi, Menteri ATR/BPN Gebuki Mafia Tanah

Juga soal kereta cepat Jakarta-Bandung. Soal pengembangan kawasan Industri masa depan di Kalimantan Utara. Soal jalan tol Sumatera. Soal gasifikasi batu bara. Mencairkan gas. Dan yang lagi hangat: soal CPO. Agar Tiongkok mau membeli CPO Indonesia lebih banyak lagi. Itu untuk menaikkan harga jual buah sawit yang merosot belakangan ini –dan memukul keras petani sawit.

Soal peningkatan perdagangan rasanya tidak perlu dibicarakan. Sudah meningkat sendiri. Drastis. Dalam tiga tahun terakhir. Belum pernah nilai perdagangan dua negara mencapai setinggi sekarang. Rekor: lebih USD 120 miliar setahun. Dari hanya USD 20 miliar beberapa tahun lalu.

Ekspor Tiongkok ke Indonesia naik hampir 50 persen. Ekspor Indonesia ke Tiongkok juga naik drastis: 70 persen.

Baca Juga: Khofifah Kembali Dinobatkan sebagai 500 Muslim Berpengaruh Dunia 2025

Ekspor terbanyak Indonesia ke Tiongkok, Anda sudah tabu, batu bara. Bumi kita dikeruk habis-habisan. Enam bulan terakhir 2022 ini saja, Indonesia kirim emas hitam ke Tiongkok sebanyak 67 juta ton. Juta ton. Nilainya mencapai lebih Rp 120 triliun.

Sampai pun dalam negeri megap-megap.

Yang nomor dua adalah ekspor nikel. Mencapai 2,3 juta ton. Angka itu merupakan perubahan drastis di Tiongkok. Kini Tiongkok sudah tergantung pada nikel Indonesia (90 persen). Nilai yang diterima Indonesia sekitar Rp 90 triliun.

Baca Juga: Menteri ATR/BPN Hadiri Upacara HUT ke-79 TNI

Baru yang nomor 3 adalah CPO: sekitar Rp 35 triliun.

Maka, kini, sudah begitu saling tergantung dua negara itu. Yang suka, yang tidak suka, yang gundul, yang gondrong, yang mancung, yang pesek, mau tidak mau menerima kenyataan itu.

Kita tidak lagi hanya dibanjiri barang Tiongkok. Hanya jenis banjirnya yang berbeda. Banjir yang dari sana Anda sudah hafal: barang elektronik. Semua itu gara-gara Anda sendiri, dan saya. Terutama karena Anda tidak bisa lagi tidak membawa handphone. Sudah punya Huawei masih beli Oppo. Mencoba pula beli Vivo. Tergoda lagi beli beras menir Tiongkok –Xiaomi. Masih melirik pula yang baru: Realme.

Baca Juga: Bansos Beras Diharapkan Lanjut, Presiden Jokowi Janji Akan Bisiki Prabowo

Maka enam bulan terakhir ini saja sebanyak 10 juta handphone Tiongkok dikirim ke Indonesia. Tiongkok begitu jeli melihat selera orang Indonesia: suka mejeng. Seperti di Tiongkok juga. Maka kamera yang mampu membuat foto ''seindah warna aslinya'' sudah ketinggalan zaman. Handphone Tiongkok bisa membuat foto lebih indah dari warna aslinya. Bisa membuat wajah lebih cantik, kulit lebih bening, dan pinggang lebih langsing.

Perdagangan kedua negara ternyata ditentukan juga oleh Anda. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO