Tiga Profesor di Pontianak Bahas Buku Kiai Asep, Indonesia Harus Jadi Pemberi Beasiswa

Tiga Profesor di Pontianak Bahas Buku Kiai Asep, Indonesia Harus Jadi Pemberi Beasiswa Para nara sumber saat bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas'ud Adnan di Hotel Gajah Mada Pontianak, Kalimantan Barat, Ahad (18/9/2022) malam. Foto: bangsaonline.com

PONTIANAK, BANGSAONLINE.com – Tiga guru besar atau profesor membahas buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan di Hotel Gajah Mada, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Ahad (18/9/2022) malam. Mereka adalah Prof Dr H Wajidi Sayadi, M.Ag (dosen Tafsir Hadits IAIN Pontianak), Prof Dr Ibrahim, MA (Ketua Lembaga Ta’lif Wan-Nasr Nahdlatul Ulama atau LTNU) dan Prof Dr H Zainuddin H Prasodjo, MA yang juga dosen IAIN Pontianak.

Bedah buku yang dimoderatori Jasmin Haris, SPd, MPd, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kalbar itu menghadirkan langsung Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, yang menjadi sentral pembahasan.

hadir bersama M Mas’ud Adnan, penulis buku dan Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur.

Hadir juga Aisten III Gubernur Kalbar, Drs Alpian, MM, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, Syahrul Yadi, Wakil Bupati Bengkayang, Syamsul Rizal, perwakian Pangdam Tpr, Polda Kalimantan Barat, PCNU dan pengurus Pergunu Kota Pontianak, Kubu Raya dan Kota Singkawang.

Dr Fadly Usman yang terlibat sejak awal mendirikan pesantren bercerita bahwa apa yang ditulis dalam buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu baru koma, belum titik atau belum selesai. “Masih banyak dan panjang apa yang dikerjakan dan diperjuangkan Pak Yai Asep,” kata Fadly Usman dalam acara bedah buku yang berlangsung hingga pukul 11 malam lebih itu.

Sementara Prof Wajidi Sayadi menilai, buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan ini sangat inspiratif. Prof Wajidi semula mengaku hanya melihat daftar isi dan bab-bab buku itu. Tapi karena sangat menarik ia mengaku terhanyut membaca terus.

“Karena bahasanya nyaman dan yang ditulis tokoh punya aura sehingga orang yang membacanya langsung bisa menyerap. Terima kasih Pak Haji,” kata Prof Wajidi Sayadi kepada Mas’ud Adnan sebagai penulis buku tersebut.

Prof Wajidi juga membahas tentang kerdemawanan . Menurut dia, sikap dermawan sangat mulia karena sesuai dengan Hadits yang artinya: tangan di atas (memberi) lebih mulia ketimbang tangan di bawah (meminta).

“Buku ini memotivasi untuk mandiri dan menjadi pribadi yang tangguh,” katanya.

Prof Wajidi juga menegaskan bahwa buku ini menarik bukan saja karena memuat tentang keteladanan dan kedermawanan . Tapi juga memberikan humor edukatif dan memberikan semangat. Ia menunjuk contoh tulisan halaman 116 yang berjudul Cinta Tragis, Ditolak Tiga Gadis.

Halaman tersebut menceritakan tentang melamar tiga gadis. Semula orang tua tiga gadis itu menerima lamaran . Tapi beberapa bulan kemudian mereka mengembalikan lamaran tersebut lantaran miskin dan dianggap tak punya masa depan. Tapi tak putus asa.

“Ini memberi semangat agar kita tak putus asa,” katanya.

Prof Ibrahim juga merespon positif buku ini. Menurut dia, buku yang ditulis Mas’ud Adnan ini telah mengubah paradigma masyarakat tentang pesantren.

“Buku ini sudah menjawab bahwa pesantren tidak terbelakang seperti dikesankan orang selama ini,” kata Prof Ibrahim sembari mengatakan bahwa adalah ulama visioner.

Prof Zainuddin H Prasodjo juga berpendapat sama. Menurut dia, memang ulama luar biasa. Bahkan tidak hanya dermawan tapi juga memikirkan generasi bangsa. Buktinya, ia banyak memberikan beasiswa.

Bagaimana tanggapan ? Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokoerto itu mengakui memang banyak memberikan beasiswa.

“Saya sudah memberikan 3.000 beasiswa,” kata . Beasiswa itu diberikan kepada para kader NU dan para mahasiswa dari luar negeri. Setidaknya 12 negara telah mendapat beasiswa dari . Antara lain Thailand, Afghanistan, Vietnam, Malaysia, Sudan, dan negara-negara lain.

“Indonesia jangan hanya jadi negara pencari beasiswa tapi harus menjadi negara ,” tegas Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu dengan nada tinggi.

kini sedang mengurus akreditasi untuk lembaga pendidikan yang diimpikan. Yaitu universitas internasional yang diproyeksikan menjadi kiblat kebudayaan dan Islam dunia.

Sedang M Mas’ud Adnan mengungkapkan bahwa kita tak bisa hanya melihat figur sekarang. Tapi harus dilihat proses perjuangannya sejak kecil. “Waktu remaja sangat miskin,” kata Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Klik Berita Selanjutnya

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO