Bangkitkan Semangat Nahdlatut Tujjar, Intan Gelar Ngaji Ekonomi dan Bedah Buku Kiai Asep

Bangkitkan Semangat Nahdlatut Tujjar, Intan Gelar Ngaji Ekonomi dan Bedah Buku Kiai Asep KH Abdul Malik memberikan sambutan dalam acara Ngaji Ekonomi dan Bedah Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Guest House Kampus Institut Pesantren Institut KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur, Kamis (27/10/20220?. Tampak juga Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan M Mas'ud Adnan sebagai nara sumber bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Foto: bangsaonline.com

“Awalnya para kiai mendirikan Tashwirul Afkar yang berarti pergolakan pemikiran atau potret berbagai pemikiran pada 1914. Menurut , Tashwirul Afkar itu semacam lembaga kursus. Pesertanya sekitar 60-an orang. Namun ada yang bilang suatu perkumpulan diskusi atau tukar pikiran,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu sembari mengatakan lembaga Tashwirul Afkar itu didirikan untuk mengangkat dan meningkatkan martabat umat Islam, terutama komunitas pesantren.

Menurut Mas’ud Adnan, Tashwirul Afkar didirikan KH Abdul Wahab Hasbullah dan para kiai lain, terutama KH Abdul Chalim, ayahanda .

Dari beragai diskusi itu muncul kesadaran kemandirian ekonomi terutama karena ditindas penjajah. Sehingga para kiai mendirikan Nahdlatu Tujjar.

Menurut dia, salah satu saudagar penting dan kaya dalam Nahdlatut Tujjar adalah Haji Hasan Gipo. Ia saat itu punya 100 rumah untuk disewakan.

“Haji Hasan Gipo ini kemudian menjadi ketua umum PBNU periode pertama. Rais Akbarnya adalah Hadratussyaikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari yang juga pendiri Pesantren Tebuireng. Sedang Katib Awalnya adalah Kiai Wahab Hasbullah. Kalau istilah sekarang, Katib Aam Syuriah PBNU. Nah, Katib Tsaninya-nya adalah Kiai Abdul Chalim, ayahanda . Para kiai dan bu nyai bisa melihat ini dalam dokumentasi sejarah NU periode pertama,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair.

“Jadi ini adalah salah satu putra pendiri NU yang masih hidup. Semoga beliau selalu sehat dan panjang umur,” kata Mas’ud Adnan yang kemudian diamini para peserta bedah buku secara gemuruh.

Mas'ud Adnan juga menyinggung kondisi ekonomi Indonesia saat ini. "Menurut beberapa data, saat ini 70 persen ekonomini Indonesia dikuasai etnis minoritas," katanya. Karena itu, sangat wajar kalau muncul kesadaran pemerataan ekonomi, terutama di kalangan kiai, karena para ulama itulah ujung tombak kemerdekaan Republik Indonesia.

Acara Ngaji Ekonomi dan bedah buku ini menarik minat banyak pihak. Salah seorang peserta, KH Khoirul Anwar, pengasuh pesantren di Probolinggo bahkan mengaku terbang dari Malaysia semata karena tertarik dengan acara ini. “Padahal seharusnya saya belum pulang,” katanya sembari mengatakan bahwa ia akan kembali lagi ke Malaysia.

Seusai bedah buku, dilanjutkan Ngaji Ekonomi. Pembicaranya, antara lain, Prof Dr Sujana dan KH Mukhlas Syarqun, penulis ensikopledi Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dan Ensiklopedi Gus Dur dan yang lain.

Rencananya, Intan akan terus melebarkan sayap dengan silaturahim kepada para kiai dan menggelar acara serupa di berbagai daerah. Tentu sekaligus memasarkan produk-produk mereka.

“Senin kita agendakan,” kata Gus Ali yang banyak memiliki kafe ikan asap dan steak, diantaranya Q5 Steak Café di dekat Universitas Merdeka di kawasan Ketintang Surabaya. 

Sementara Kiai Abdul Malik mengatakan bahwa rintisan Intan itu untuk meneruskan gagasan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) yang saat itu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO