PALANGKARAYA, BANGSAONLINE.com - Produksi gula di Jawa Timur tahun ini mencapai 49,55 persen atau sebanyak 1.192.034 ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2.405.907 ton. Sedangkan untuk produksi tebu di Jawa Timur sebanyak 47,65 persen atau setara dengan 17.362.620 ton.
Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) itu, Jawa Timur kembali mempertahankan predikatnya sebagai provinsi dengan produksi gula dan tebu tertinggi secara nasional.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Tidak hanya tertinggi secara nasional, produksi tebu tahun ini juga mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun lalu, yakni sebesar 14.767.763 ton atau 47,63 pesen dari produksi tebu nasional dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton.
Sementara provinsi peraih posisi kedua ialah Lampung dengan persentase 30 persen atau sebanyak 723.707 ton, dan ketiga ialah Jawa Tengah dengan persentase 7 persen atau sebanyak 169.962 ton.
Jika dirinci, produksi tebu kabupaten/kota tertinggi di Jawa Timur tahun ini di posisi pertama ialah Malang sebanyak 3.102.260 ton, kedua Lumajang dengan hasil gula sebanyak 2.225.963 ton, dan ketiga ialah Jombang sebanyak 1.217.931 ton.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Gubernur Khofifah mengatakan bahwa peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada gula, dan Jawa Timur sebagai barometer gula nasional. Mantan Menteri Sosial itu juga berpesan agar para petani tebu memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan tebu hingga menjadi gula.
"Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena lebih produktif dan efisien. Sehingga dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar redemen gula," ujarnya saat melakukan Misi Dagang di Palangkaraya, Selasa (13/12/2022).
Gubernur pun mengingatkan agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian, dalam hal untuk mengasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik. Menurut dia, jika berasal dari bibit yang baik, dan memiliki kualitas baik serta bongkar ratunnya terukur, tingkat rendemennya juga akan baik.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
"95 persen petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Dinas Perkebunan Jawa Timur mencatat, setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi tebu. Pada 2020 sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,15, sementara pada 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35.
Di mana peningkatan produksi gula ini juga dihasilkan dari inovasi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Jawa Timur, yakni dengan program 'Timbangan Tebu' (Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu).
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
"Inovasi ini mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan," ujar Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno.
Inovasi 'Timbangan Tebu' tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.
Di samping itu Dinas Perkebunan Jawa Timur juga melakukan monitoring ke Pabrik Gula, Dinas Perkebunan Prov. Jatim untuk memberikan edukasi kepada petani tebu melalui Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practice (GAP) bekerjasama denhan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
"Dimana program ini juga mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula (PG) menjadi 6 klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo," imbuhnya.
Dengan pendekatan klasterisasi PG, Heru menambahkan, diharapkan lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS). (dev/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News