Nasikh: Bahaya Radikalisme Tumbuh Sejak Usia Pelajar, Bukan saat Dewasa

Nasikh: Bahaya Radikalisme Tumbuh Sejak Usia Pelajar, Bukan saat Dewasa

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Tumbuh suburnya moderasi beragama harus dimulai dari yang paling bawah, karena karena bahaya laten radikalisme muncul dan tertanam sejak usia pelajar bukan saat sudah dewasa.

Hal itu ditegaskan oleh H. Abdullah Nasikh, Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo, dalam sambutan acara Deklarasi Sekolah Toleransi SMPN 1 Waru Sidoarjo, Sabtu, 23 Januari 2023. Nasikh mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan dalam program pencegahan dan toleransi.

Baca Juga: IIS SMP Progresif Bumi Shalawat Gelar 2 Kegiatan saat Peringati Hari Sumpah Pemuda 2024

Sebagaimana dijelaskan Ketua Komunitas Seni Budaya Brang Wetan, Henri Nurcahyo, program Cinta Budaya Cinta Tanah Air ini sudah berlangsung sejak tahun 2020 dan berlangsung dua tahap hingga berakhir tahun 2023 ini.

Lima sekolah yang menjadi penerima manfaat adalah SMPN 1 Taman, MA Nurul Huda Sedati, SMPN 1 Taman, di mana ketiganya sudah melaksanakan deklarasi sekolah toleransi dan segera disusul oleh SMPN 1 Gedangan dan SMAN 1 Gedangan.

Abdullah Nasikh berpesan agar toleransi dan sikap ramah tidak hanya dijadikan sebagai slogan. Bangsa ini butuh pendidikan yang berbudaya dan berkarakter bukan sekadar pendidikan yang formalistik. Karena itu niat untuk menumbuhkembangkan budaya toleransi, keramahtamahan, dan andap asor perlu diapresiasi.

Baca Juga: Anggota DPRD Sidoarjo Terima Beragam Keluhan saat Reses di Kebonsari

"Jangan hanya berhenti di seremonial dan deklarasi, tapi disupport dan menjadi kesatuan manunggal dengan program kedinasan secara utuh," ujar Nasikh.

Ia berharap agar program ini dilanjutkan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan karena buku panduan dari BrangWetan sudah dapat digunakan sebagai acuan. Sekolah toleransi harus sejalan dengan sekolah inklusi.

"Tugas kita ini sebetulnya tidak berat, karena yang kita lakukan bukan menumbuhkan dan membangun toleransi, tapi merawat karena budaya toleransi sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Zaman Majapahit, budaya Budha dan Hindu sudah berdampingan sebagaimana ditulis dalam Negara Kertagama. Demikian juga Borobudur yang Buddha berdekatan dengan Prambanan yang Hindu dibangun dalam masa yang tidak lama," kata Nasikh.

Baca Juga: Tampil Moncer di Debat Pilbup Sidoarjo 2024, Paslon SAE Ingin APBD Jadi Solusi Masalah Rakyat

Dalam acara yang sama, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo, Tirto, menjelaskan panjang lebar mengenai Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5), yang merupakan gambaran pelajar Indonesia sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Acara deklarasi sekolah toleransi ini ditandai dengan pemancangan papan nama, penyerahan surat keputusan sekolah toleransi, penandatanganan piagam sekolah toleransi oleh Kepala Sekolah SMPN 1 Waru, Kepala Dinas Dikbud Tirto, dan Ketua Komunitas BrangWetan.

Dalam kesempatan itu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Sidoarjo juga menyerahkan piagam penghargaan sebagai sekolah pengembang toleransi kepada SMPN 1 Waru.

Baca Juga: Rakor Bersama DPRD, Pjs Bupati: Perkuat Sinergi Turunkan Angka Korupsi di Sidoarjo

Dan yang juga menarik, pembacaan doa dilakukan dengan cara Islam dan Kristen Katolik. Paduan suara yang membawakan Himne Pelajar Pancasila juga tampil dengan busana beberapa daerah dan busana yang merepresentasikan enam agama. (cat/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO