SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Khofifah berhasil meraih penghargaan tertinggi dari Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia (IDHSI) sebagai Best Local Government Support for Cattle Practitioners.
Penghargaan tersebut diberikan berkat kontribusi besar mantan Menteri Sosial itu dalam dunia persapian di Indonesia, terutama soal penanganan wabah PMK (penyakit mulut dan kaki) pada sapi.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
“Ini buah kerja keras kita semua. Tak hanya Pemprov semata namun juga pemkab/kota serta termasuk peternak sapi di Jawa Timur. Terima kasih semua atas kerja keras dan kerja bersamanya,” kata Khofifah, Senin (24/7/2023).
Ia menjelaskan, Jawa Timur merupakan produsen sapi terbesar di Indonesia. Untuk itu, ketika penyakit PMK pertama kali muncul maka hal ini menjadi perhatian serius bersama. Sebab dibutuhkan penanganan secara komprehensif. Tidak hanya di Jawa Timur, namun juga daerah-daerah lain.
“Di Jawa Timur, vaksinasi PMK langsung kami gencarkan sejak PMK dinyatakan sebagai wabah nasional. Hingga hari ini, total sebanyak 6,1 juta dosis vaksin telah kami berikan dan telah berkontribusi sebesar 52% dari total vaksinasi PMK di Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Ia menegaskan, hal ini semata-mata untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat selaku konsumen daging sapi. Selain itu juga untuk menjaga kepercayaan konsumen terkait kualitas daging sapi di Jatim.
Selain menggencarkan vaksinasi, Gubernur Khofifah juga mengeluarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No 36 tahun 2022 tentang Pedoman Penanganan Wabah Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak.
Dukungan berbentuk kebijakan strategis ini dinilai oleh IDHSI sebagai langkah terbesar di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan khsusunya untuk persapian.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
“Kami menilai perlu membuat kebijakan strategis sebab banyak sekali masyarakat Jatim yang bergantung hidup melalui peternakan sapi. Diharapkan kebijakan ini bisa menjaga ekosistem peternakan sapi di Jatim agar senantiasa baik,” jelasnya.
Berkat penanganan dan kebijakan tersebut dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun saja wabah PMK berhasil dikendalikan oleh Pemprov Jatim.
"Berdarkan data Dinas Peternakan mulai bulan agustus 2022 sampai dengan bulan juni 2023 penyakit PMK di Jatim terus mengalami penurunan sangat signifikan bahkan bisa dibilang bisa dikendalikan. Terimakasih sekali lagi atas kolaborasi berbagai pihak ini," pungkasnya. (dev/mar)
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News