SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ulama muda dari Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, KH Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar atau yang akrab disapa Gus Kautsar, mengatakan bahwa galau dalam Islam itu tidak ada.
"Galau itu dilarang dalam Islam dengan dua solusi yakni sabar dan syukur. Apa yang disebut galau itu justru solusi, karena bisa mendekatkan kita kepada mencari Allah," ujarnya di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), Minggu (6/8/2023).
Baca Juga: Maksimalkan Layanan, Khofifah Luncurkan 2 Aplikasi di Milad ke-24 Masjid Nasional Al Akbar
Dalam pengajian Majelis Subuh Gen-ZI bertajuk 'Merdeka dari Galau' di MAS bersama pendakwah ustadzah Haneen Akira (istri ustadz Hanan Attaki) itu, Gus Kautsar menilai galau merupakan solusi bahwa semua yang ada dan terjadi merupakan garis tangan atas izin Tuhan.
"Jadi, kalau Islam secara beneran itu, galau itu nggak ada, karena semuanya atas kehendak Allah dengan tujuan yang indah, misalnya ketangguhan, memaklumi setiap kejadian, memaafkan siapapun, jadi kalau semuanya dikembalikan kepada Allah akan membuka semua pintu solusi. Semuanya indah, kalau gagal nggak benci, nggak menyalahkan, nggak mencari kambing hitam, tapi muhasabah," ujarnya.
Di hadapan ribuan jamaah dari kalangan generasi Z Islami dari Surabaya dan sekitarnya itu, putra KH Nurul Huda Djazuli itu mengutip pandangan bijak dari Imam Syafi'i.
Baca Juga: Dukung Mas Dhito, Gus Kautsar Siap Ditoto
"Kalau ingin baik ya ikuti orang-orang dulu, seperti Imam Syafi'i. Kalau ikut orang-orang masa kini justru bisa nggak baik," katanya.
Menurut Imam Syafi'i, kata Gus Kautsar, apapun masalah yang menimpa itu dibiarkan saja berlalu dengan membawa masalahnya, jangan terlalu meratapi masalah yang datang, karena semua masalah itu pasti ada akhir/ending dan semua masalah itu mengajari untuk rela dan sabar.
"Imam Syafi'i juga mengajarkan muhasabah kalau menghadapi masalah. Masalah itu merupakan bagian atau jatah dari kehidupan. Kalau sudah jatah untuk kita, dihindari juga nggak mungkin. Kalau bukan jatah kita, dicari juga nggak datang. Yang penting, tetaplah menjadi orang baik, karena masalah itu menunjukkan bahwa manusia itu lemah. Kalau menggugat Allah justru panjang hisabnya," tandasnya.
Baca Juga: Syekh Afeefuddin di Maulid Akbar MAS, Khofifah: Upaya Unduh Berkah Allah dan Syafaat Rasulullah SAW
Tidak jauh berbeda, pendakwah ustadzah Haneen Akira menyatakan kehidupan itu bukan hanya meraih, mencari, mengingat, atau memiliki, tapi kehidupan juga memberi pelajaran untuk melepas.
"Kita harus belajar pelepasan, karena kalau kelamaan galau justru membuat kita kehilangan energi, kesehatan, dan waktu yang berharga. Islam mengajarkan tawakkal," kata istri dari pendakwah ustadz Hanan Attaki itu.
Menurut alumni Universitas Al Azhar Mesir itu, tawakkal itu mengajarkan untuk memahami bahwa hasil akhir itu tidak pernah ada di tangan manusia.
Baca Juga: Presiden Jokowi Jadi Saksi Pernikahan Yusuf dan Jihan, Khofifah: Sebuah Kehormatan yang Luar Biasa
"Bukan soal baik atau tidak baik dari apa yang terjadi, tapi hasil akhir ada di tangan Allah. Jangan terlalu fokus ke dunia, fokus ke ridha Allah. Kalau fokus ke Allah, maka Allah yang menguatkan dan mencukupkan. Kalau fokus ke dunia akan cepat galau, capek," katanya.
Ia menambahkan ketidakpastian adalah sinyal kehidupan.
"Buktinya, ada musim panas, ada musim dingin. Ada malam, ada siang. Ada duka, ada gembira. Ada indah, ada jelek. Dan, obat ketidakpastian adalah iman, karena iman membuat kita selamat bila galau, kecewa," katanya. (mdr/mar)
Baca Juga: Keunggulan Tafsir Al Jailani Dibedah, Khofifah Berterima Kasih ke Syeikh Fadhil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News