KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa, mengajak seluruh pemerintah daerah dan sektor terkait untuk mulai bersiap menyusun rencana program strategis menjelang berlakunya perubahan indikator kinerja di Indonesia pada 2025.
Di mana perubahan tolok ukur pembangunan akan diubah dari yang semula diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menjadi Indeks Sumber Daya Manusia atau Human Capital Index. Hal itu diungkapkan dalam Rakor Teknik Program Kesejahteraan Sosial Jatim 2024 di Kota Batu, Senin (6/5/2024).
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
“Rakor ini sangat strategis karena akan membahas teknis persiapan ketika indikator Human Development Index atau IPM yang biasa menjadi pengukur kinerja utama di semua level di pemerintahan Indonesia akan diubah menjadi Human Capital Index atau Indeks Sumber Daya Manusia,” ujarnya.
“PBB sudah mulai menerapkan hal ini sejak tahun lalu dan Indonesia akan mulai menerapkannya di tahun 2025,” imbuhnya.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Khofifah menjelaskan, berdasarkan Metodologi Indeks Sumber Daya Manusia Bank Dunia ada 3 pilar yang harus diseriusi dalam pencapaian pengembangan Human Capital Index. Yang pertama adalah kemampuan bertahan hidup, kemudian pendidikan, dan ketiga adalah kesehatan.
Dengan mengacu pada 3 pilar di atas, perencanaan program pengentasan kemiskinan dan program kesejahteraan sosial, program-program peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat, peningkatan keterampilan, dan produktivitas harus menjadi fokus utama untuk dicapai, yang mana harus disusun lebih matang agar bisa lebih berdampak signifikan.
“Di sini hadir Bappeda se-Jatim, juga dari Dinas Sosial dan penyusun program se-Jatim, juga pilar sosial, tagana dan juga jatim social care. Penting bahwa program-program disusun dengan rigid agar memberikan signifikansi dampak dalam pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, dan juga peningkatan layanan dan kualitas kesehatan masyarakat,” urai Khofifah.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Terkait pengentasan kemiskinan, ia menyatakan sesuai UU No 13 Tahun 2011, penanganan fakir miskin harus terarah, terpadu dan berkelanjutan. Untuk itu, di forum ini, ia memberikan penekanan tentang graduation system yang diterapkan pada para penerima manfaat PKH.
“Terarah, terpadu dan berkelanjutan. Maka PR kita graduation system pada PKH harus kita revitalisasi di mana penerima PKH tidak lebih dari 5 tahun. Di tahun ke enam harus sudah diberlakukan kemandirian. Maka di tahun ke lima penerima harus dilatih kemandirian kecuali yang rentan dan beresiko jika diakhiri,” katanya.
Ia pun kemudian menceritakan pengalamannya saat diamanahi Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid untuk mempelajari sistem penguatan pendidikan dan kesejahteraan di Tiongkok. Disana, ada sekolah taskin yang pesertanya semuanya adalah perempuan yang ada di setiap kecamatan.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Selayaknya kampus besar dan keren, para perempuan di sana diberi pendidikan selama enam bulan. Dimana pada bulan keempat mereka diminta memilih bidang yang akan mereka dalami, apakah itu perikanan pertanian perkebunan ataukah peternakan.
“Di setiap bidang yang dipilih mereka diajak untuk melihat langsung dan praktek. Dan yang keren di sana adalah ada transfer of teknologi. Tekonolgi terkini diajarkan pada ibu-ibu, seperti teknik pertanian , peternakan dan perikanan dan seterusnya. Ini penting sekali untuk memberikan bekal mereka keterampilan,” tandasnya.
Untuk itu ke depan, Khofifah juga mendorong agar Jawa Timur bisa meningkatkan jumlah desa mandiri. Saat ini diketahui ada 2.800 desa mandiri di Jatim. Yang merupakan tertinggi secara kuantitatif di Indonesia. Semakin banyak desa mandiri maka kesejahteraan masyarakatnya juga bisa diungkit.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Selain itu, Khofifah juga berpesan untuk peningkatan upaya pengentasan kemiskinan ekstrem dimana di Jatim dalam tiga tahun terakhir (2020-2023) angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur turun secara signifikan sebesar 3,58 persen atau 1.480.140 jiwa keluar dari kemiskinan ekstrim.
Kemiskinan ekstrem di Jatim turun drastis dari 4,4 persen atau setara 1.812.210 jiwa pada 2020 menjadi 0,82 persen atau 331.980 jiwa pada Maret 2023. Di akhir, ia juga berpesan tentang pentingnya jaminan kesehatan bagi masyarakat, dan program pada 2025 harus terus menyisir dan memastikan seluruh masyarakat telah masuk dalam jaminan kesehatan nasional.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
“Universal health coverage ini sangat penting bagaimana seluruh masyarakat bisa tercover dalam jaminan kesehatan, saya rasa di Jatim universal health coverage juga terus meningkat,” tegasnya
Dalam kegiatan ini hadir 200 orang yang terdiri dari 76 unsur kadinsos dan sungram se-Jatim, Kepala Bappeda se-Jatim, Kepala UPT dan peksos, Pejabat administrator dan subkor dinsos dan juga forum tagana. (dev/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News