BLITAR, BANGSAONLINE.com – Sambutan masyarakat Bllitar terhadap Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa luar biasa. Ini bisa kita lihat saat Ketua Umum PP Muslimat NU itu hadir dalam Pengajian Hari Santri Nasional dan Peresmian Rehab Masjid Al Huda Tawangrejo serta Pawai obor dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Blitar, Sabtu (12/10/2024).
Dalam acara itu Khofifah mengungkap detail sejarah perjuangan para kiai dan santri saat perang kemerdekaan RI, terutama dalam mempertahankan kemerdekaan yang berujung pada pecahnya pertempuran Surabaya.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Menurut Khofifah, para pejuang yang berada di garda terdepan dalam pejuangan mempertahankan kemerdekaan RI adalah para kiai dan santri. Terutama Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Bahkan takbir Allahu Akbar yang dipekikkan Bung Tomo adalah dawuh atau perintah Hadratussyaikh.
Meski demikian, ada upaya dari kelompok tertentu untuk mendistorsi sejarah. Sehingga perumusan HSN tidak sesederhana yang bisa dilihat sekarang. Menurut Khofifah, ada yang sempat meragukan dan kesulitan untuk mencari bukti catatan sejarah bahwa yang berjuang saat peristiwa tewasnya AWS Mallaby itu adalah dari kalangan santri.
“Ada yang bilang, pada peristiwa itu santrinya hanya 12 orang. Ini menjadi hal penting menurut saya bahwa ternyata banyak yang ingin menghilangkan peran NU dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemudian mempertahankan kemerdekaan RI,” kata Khofifah.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Karena itu sejarah NU yang berjuang habis-habisan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan harus dikuatkan dan terus di-remain serta didokumentasikan
Terutama ketika Hadratusyaikh KHM Hasyim Asy’ari mengomandani kiai dan santri bahkan mengeluarkan fatwa 'Resolusi Jihad' pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini berisi kewajiban bagi setiap orang atau fardhu ain untuk berjihad mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah yang masih berada di Indonesia.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
“Itulah mengapa pasukan yang turun dalam agresi militer yang kemudian puncaknya di Surabaya itu adalah pasukan santri, dan para pengasuh pesantren,” ujarnya.
Karena saat perumusan HSN ada perdebatan, Khofifah sendiri turun tangan untuk menelusuri sejarah mencari berapa jumlah santri, pengasuh pondok pesantren yang turun bersama-sama dengan membawa bambu runcing melawan penjajah.
“Bahkan saya menemukan catatan sejarah bahwa Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asy’ari dan menanyakan, Kiai kalau saya ingin membangun semangat bersama untuk mempertahankan Indonesia apa yang harus saya ucapkan?’ Maka saat itu KH Hasyim Asy’ari menyampaikan ‘Tolong pekikkan kalimat takbir, Allahu Akbar,” urai Khofifah.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
“Bahwa pekikan takbir yang diteriakkan Bung Tomo adalah dawuhnya Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri NU, agar semangat para pejuang dilipatkan oleh Allah. Cerita-cerita sejarah semacam ini mulai hilang dari sejarah,” kata Khofifah.
Menurut Khofifah, HSN menjadi momentum untuk mengisi kembali semangat bagi santri dan warga NU untuk terus menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
“Salah satu orang yang ditugasi penyiapan nomenklatur Hari Santri Nasional oleh Presiden Jokowi saat itu adalah kami. Saat itu, Bapak Presiden Jokowi menelepon saya tepat tiga hari sebelum dilantik. Beliau menyampaikan Hari Santri akan disiapkan Keppres atau Perpres, dan kemudian menanyakan apa liburbapa tidak serta hari santri dimulai pada 1 Muharrom atau tanggal lain,” kata Khofifah.
“Bahwa kami termasuk salah satu yang diamanahi untuk menyiapkan payung hukum Hari Santri Nasional. Kemudian saya dengan Pak Pratik yang sekarang Mensesneg saling bertukar email untuk menyiapkan draf yang bisa direkomendasikan pada Bapak Jokowi saat itu sebelum beliau dilantik sebagai presiden di tahun 2014,” imbuhnya.
Khofifah juga menegaskan bahwa setelah ada Undang-Undang tentang pesantren, maka Jatim adalah provinsi pertama yang mengesahkan Perda dan Pergub tentang pesantren.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
“Maka pergub tentang pesantren pertama adalah Jawa Timur. Itu karena gubernurnya santri. Bagi saya Pesantren adalah Social capital, yang luar biasa,” tegasnya.
Khofifah juga menyatakan perhatian untuk pesantren dan santri. Saat jaman Gubernur Imam Utomo dan Pakde Karwo, ada beasiswa S1 untuk santri. Namun begitu Khofifah menjabat di periode pertama, ia menginisasi untuk menambah program beasiswa untuk santri dan guru madin, tidak hanya S1, tapi juga S2 dan hingga S3.
“Dalam lima tahun kami memimpin, sudah ada 5.583 penerima beasiswa S2, S2, dan S3 untuk santri dan juga guru madrasah diniyah di Jawa Timur. Itu adalah bagian dari ikhtiar kita untuk meningkatkan kualitas SDM dari pesantren,” ujar Khofifah.
Baca Juga: Aksi Heroik Relawan Jalan Kaki ke IKN, Khofifah Titipkan Udeng Madura
Khofifah juga berhasil melaksanakan program beasiswa dari Pemprov Jatim untuk santri Jatim kuliah sarana di Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Bahkan Khofifah menghadap langsung pada Grand Syekh Al Azhar untuk mendapatkan kuota beasiswa santri Jatim kuliah di Al Azhar.
“Ini sudah masuk tahun ke empat. Pertahun ada sebanyak 30 santri Jatim yang kita berikan beasiswa kuliah di Azhar. Dan Alhamudulillah kuotanya ditambah 3 orang per tahun ini,” tegasnya.
Baca Juga: Dapat Ucapan Selamat dari Kompetitor Pilkada 2024, Khofifah Ucapkan Terima Kasih ke Luluk Hamidah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News