Bupati dan Wakil Bupati Nganjuk didampingi istri saat iring-iringan prosesi Boyongan. Foto: Bambang Dwi Julianto
NGANJUK,BANGSAONLINE.com - Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi mengikuti tradisi Boyong Notoprojo atau yang biasa disebut warga setempat 'Boyongan', Kamis (12/6/2025)
Boyongan merupakan tradisi memperingati perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Kecamatan Nganjuk.
Masyarakat Nganjuk antusias menanti iring-iringan rombongan Bupati Marhaen dan Wakil Bupati Handy menuju Pendopo Sosrokoesomo Nganjuk hinga pukul 13.00 WIB.
Bupati Marhaen mengatakan, ada tiga acara pada kegiatan kali ini yaitu Boyong Notoprojo, Bedol Pusaka, dan Sedekah Bumi.
Boyong merupakan suatu bentuk keterikatan antara pemerintahan dan masyarakat dalam menjalin kebersamaan dan jiwa gotong royong.
"Ini yang selalu saya tekankan ke seluruh instansi bahwa ada nilai historis yang selalu tetap terjaga yaitu gotong royong," kata Marhaen, kepada Harian Bangsa.
Dijelaskan ia, dari tradisi Boyong Notoprojo, pemerintahan Nganjuk sekarang adalah bentuk dari satu kebersamaan bersama Masyarakat.
"Jadi tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus hadir di tengah masyarakat," ungkapnya.
Bupati menambahkan, Boyong yang digelar saat ini merupakan bentuk penghormatan dan tidak melupakan sejarah.
"Dan perjuangan yang harus kita laksanakan di era saat ini yaitu Menata Pemerintahan saat ini hingga kedepanya agar lebih baik. Dengan cara apa yaitu mendorong kinerja disetiap OPD agar lebih maju paling utama yaitu Budaya Mutu. Bagai mana kita menuju lebih baik, kinerja kita ya harus satset, perlu ketepatan, dan kecermatan," tandasnya.
Turut serta dalam iring-iringan Boyong Notoprojo Wakil Bupati Mas Handy, Ketua dan Waka DPRD Nganjuk Tatit Heru Tjahyono, Ulum Bastomi, dan Endah Srimurtini, Dandim 0810, Kapolres, Kajari, jajaran OPD dan Camat. (bam/van)
