JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Di saat sebagian kelompok masyarakat masih mempersoalkan Pancasila, kebhinekaan tunggal ika maupun keberagaman, di lingkungan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) hal itu sudah lama selesai.
"Kita sudah melewati diskursus-diskursus yang mempersoalkan hubungan antara agama, bangsa dan Pancasila," kata Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa usai melantik perangkat Muslimat NU pusat (YKMNU, YPMNU, YHMNU, Hidmat MNU dan Inkopan) masa bakti 2017-2022 yang dirangkai dengan rapat pleno II periodik I PP Muslimat NU di Hotel Acacia, Jakarta, Sabtu (14/10).
Baca Juga: Ngalap Berkah Lewat Sholawatan di Bangkalan, Khofifah Ajak Warga Tak Golput
Turut hadir dalam acara tersebut Sekjen DP Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Titien Pamudji, perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perwakilan Kementerian Kesehatan, Banom, lajnah serta lembaga NU.
Khofifah menandaskan, keanekaragaman, keberagaman, kebhinekaan, suku, etnis, agama, bahasa maupun budaya, bagi Muslimat NU sudah selesai sejak NU kembali menerima asas tunggal Pancasila pada Muktamar 1984.
Kalau kemudian ada orang yang masih mempersoalkan Pancasila, keberagaman atau kebhinekaan, maka sekarang tugas Muslimat NU adalah melakukan pendampingan dan pencerahan.
Baca Juga: Gelar Doa Bersama Sambut Kemenangan, Puluhan Ribu Masyarakat Siap Kawal Suara Khofifah-Emil
“Melakukan introduksi, bahwa kita hidup di Indonesia yang ketika kita berjuang bersama-sama memang bangunan perjuangan ini sudah dilakukan dari banyak daerah, suku, etnis, budaya serta beragam agama," kata perempuan yang juga Menteri Sosial RI tersebut.
Format ini, tambahnya, sudah selesai di Muslimat NU sehingga hal yang perlu dilakukan berikutnya yakni mengingatkan semuanya. Agar ketika kembali ke daerah, Ormas maupun komunitas masing-masing, mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Khofifah mengajak belajar dari friksi yang terjadi di Fatah dan Hamas. "Saya bersyukur, bahagia dan sampaikan kepada teman-teman, alhamdulillah Fatah dan Hamas sudah mau islah," katanya.
Baca Juga: Relawan Jari Mata Siap Kawal Kemenangan Khofifah-Emil Hingga Akhir
"Negara kecil yang terus konflik, terus perang dan yang dihadapi negara raksasa namanya Israel. Yang kecil Fatah, yang kecil Hamas terus berperang ke dalam, maka mereka tidak akan pernah merasa bisa kuat. Sebab, kemenangan akan diraih jika bersatu karena bersatu akan menjadi basis kekuatan."
Maka, Khofifah mengajak jangan pernah berpikir Pancasila tepat atau tidak tepat. Bhinneka Tunggal Ika harus diganti apa tidak. "Kalau cara berpikirnya seperti itu, maka sama dengan kita mengajak negeri ini masuk ke beberapa negara Timur Tengah yang mengalami problem berat dan berkepanjangan," katanya.
Karena itu, dia meminta perangkat Muslimat NU agar fokus mengurusi bidang masing-masing. Inkopan (Induk Koperasi An-Nisa), misalnya, silakan mengurusi koperasi tapi urusan Pancasila, keberagaman, keindonesiaan sudah selesai.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
Begitu pula dengan perangkat lainnya, Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM). "Urusi panti asuhan, klinik dan rumah sakit (RS), tapi urusan Pancasila maupun kebhinekaan sudah selesai," ucapnya.
Saat ini, YKM mengelola sekitar 144 panti asuhan. Satu hal membanggakan dari capaian YKM yakni klinik hemodialisis yang untuk kali pertama di Indonesia mendapatkan ISO.
Terbaru, perangkat ini bahkan merekomendasikan pendirian RS Ginjal. "Mereka, bismillah, ingin berikhtiar, punya mimpi besar. Mudah-mudahan diberi kemudahan dan diijabah Allah," katanya.
Baca Juga: Dukungan Para Pekerja MPS Brondong Lamongan untuk Menangkan Khofifah di Pilgub Jatim 2024
Perkuat Layanan
Lantaran urusan Pancasila maupun keberagaman sudah selesai, tambah Khofifah, maka fokus Muslimat NU saat ini adalah melakukan penguatan organisasi dan perangkat agar semakin maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Karena itu, pleno periodik menjadi penting bagi Muslimat NU mengingat masing-masing bidang ingin ber- fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
"Ini cara Muslimat NU yang diwariskan para pendiri. Bagaimana sebenarnya organisasi yang membangun keikhlasan dan kerelawanan ini tetap menjaga tertib administasinya, terukur kinerjanya, sehingga saat kongres bisa mengukur capaian dari seluruh keputusan kongres," jelasnya.
Dalam pleno periodik yang dilakukan 10 bulan sekali tersebut, masing-masing ketua akan menyampaikan capaian dan produktivitas yang terbangun selama periodik yang dipimpinnya. Inilah alasan mengapa sejumlah ketua PW Muslimat NU turut diundang, agar bisa terus melakukan penguatan terhadap perangkat yang memiliki cakupan luas di masing-masing bidang.
Khofifah mencontohkan Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPMNU). Data saat Rakernas lalu ada sekitar 16.300-an TPQ, 9.800-an TK dan RA serta 6.800-an PAUD di bawah naungan perangkat ini.
Baca Juga: Survei Poltracking Terbaru, Khofifah-Emil Melejit Tinggalkan Risma-Hans dan Luluk-Lukman
"Layanan-layanan pendidikan tersebut berkontribusi efektif bagi Muslimat NU yang memiliki kewajiban untuk mendesiminasikan hal-hal terkait dengan bangunan akhlakul karimah, karakter bangsa untuk membangun moderasi yang dimulai dari anak-anak," tegasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News