Gratis, Rumah Bahasa Pemkot Surabaya Kian Diminati

Gratis, Rumah Bahasa Pemkot Surabaya Kian Diminati Pengajaran di Rumah Bahasa.

Surabaya-HARIAN BANGSA

Rumah Bahasa yang digagas Pemkot Surabaya terus medapatkan minat yang luar biasa dari masyarkat Surabaya. Konsep belajar dalam Rumah bahasa ialah praktis minim teori dan lebih banyak menggunakan praktik dengan penutur asli. Lokasi Rumah Bahasa di Balai Budaya (kompleks Balai Pemuda) membuat tempat tersebut semakin ramai.

Data dari Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, rata-rata ada 1.900 peserta tiap bulan. Hingga saat ini, sarana belajar bahasa cuma-cuma itu telah dimanfaatkan oleh 13.853 peserta. Kabag Kerjasama Ifron Hady Susanto tak menampik bahwa animo masyarakat sangat tinggi. Untuk mengakomodir antusiasme warga belajar bahasa asing, Rumah Bahasa menambah ragam bahasa. Saat pertama kali diresmikan oleh Walikota Tri Rismaharini pada Februari 2014, Rumah Bahasa hanya melayani bahasa Inggris dan Mandarin. Namun, seiring berjalannya waktu, sekarang warga juga bisa memperdalam bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Korea, India dan Thailand. “Total ada delapan bahasa asing yang bisa dilatih di sini (Rumah Bahasa),” terang Ifron.

Dari delapan bahasa asing itu, kata Ifron, Bahasa Inggris, Mandarin, Prancis dan Jepang masih menjadi “primadona” para peserta. Indikatornya, kelas selalu penuh untuk bahasa-bahasa tersebut. Bahkan, petugas Rumah Bahasa sampai kewalahan mencari ruangan untuk menampung membludaknya peserta. “Tapi, Alhamdulillah sekarang sudah ada ruang tambahan yang kapasitasnya lumayan besar,” ungkapnya.

Sedangkan dari segi segmentasi, Rumah Bahasa lebih banyak dimanfaatkan mereka yang bekerja di sektor jasa yang dikelola swasta. Beberapa mal dan hotel sudah mengirimkan karyawan yang bertugas di pos-pos tertentu, misalnya satpam, tim parkir, petugas kebersihan dan petugas informasi. Asosiasi perawat juga tak mau ketinggalan. Sebanyak 80 perawat perwakilan dari rumah sakit-rumah sakit se-Surabaya kini rutin mengunjungi Rumah Bahasa.

Masih kata Ifron, urutan kedua segmentasi peserta Rumah Bahasa ditempati oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Menurut dia, hal itu sangat menggembirakan karena kompetitif tidaknya kota atau negara ini berada di tangan para pelajar dan mahasiswa. Jadi, kesempatan di usia belajar ini hendaknya dimaksimalkan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang penguasaan bahasa asing.

Sementara, para pelaku usaha UKM sejauh ini masih belum terlalu menonjol. Padahal, segmen tersebut justru menjadi sasaran utama program peningkatan ilmu berbahasa asing. Harapannya, produk-produk lokal yang dihasilkan bisa bersaing atau bahkan menembus pasar internasional. “Para ibu-ibu pelaku UKM biasanya datang ke Rumah Bahasa membawa anak-anaknya. Namun, dalam beberapa kesempatan mungkin mereka terkendala waktu dan kesibukan sehingga tidak bisa intensif,” katanya.

Selain ragam bahasa di atas, Bahasa Arab juga bakal diterapkan. Selain itu bahasa-bahasa negara Asia Tenggara seperti Tagalog (Filipina) dan Vietnam akan menyusul. Di samping, bahasa negara Eropa antara lain Italia dan Spanyol yang juga masuk dalam bidikan.

Demi memuluskan upaya tersebut, Ifron menggandeng sejumlah komunitas, universitas dan Konsulat Jenderal (Konjen) beberapa negara sahabat. Beberapa waktu lalu, Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) yang merupakan perwakilan perdagangan Korea di Surabaya memfasilitasi tenaga pengajar bahasa Korea.

Sumber: humas